22 April 2015

Random

Pada akhirnya saya harus kembali menyadari bahwa segala sesuatu itu memang harus didasari oleh hati, harus dikerjakan sepenuh hati, dan harus dihayati. Termasuk menulis! Ya, sudah lama rasanya saya menjadi penulis kambuhan, mulai mencoba membangkitkan kembali semangat yang luntur dengan mengikuti berbagai event menulis, berharap dengan begitu jari-jemari ini akan kembali lincah menuangkan atau menorehkan kata-kata unik nan ajaibnya. 

Tapi saya lupa bahwa menulis itu membutuhkan passion, bukan hanya bertumpu pada kekuatan pikiran dan permainan kata-kata saja. Saya lupa, kalau saya memang tidak bisa menulis dengan setengah hati. Apa pun yang saya tulis karena "terpaksa" hanya agar saya bisa aktif lagi di dunia menulis (blog) ini, tetap saja akan menjadi tulisan yang setengah garing atau bahkan benar-benar garing seutuhnya. Ada terselip banyak esensi yang tidak dimengerti karena passion-nya hilang dan timbul secara random. Nah! Apa pula yang saya ucapkan ini, mulai terlihat bukan ke-random-annya ada dimana? :D

20 April 2015

Umi, Penerjemah Terbaik Saya

Semenjak menikah dan memutuskan untuk mengikuti kemanapun suami melangkah, semenjak itulah saya mengenal ibu mertua. Umi, begitu kami memanggil sosok ibu yang bersahaja itu. Kami masih tinggal di PIM (Pondok Mertua Indah), sama seperti kebanyakan pasangan suami istri lainnya yang belum mampu untuk memiliki rumahnya sendiri. Terlepas dari mampu atau tidaknya kami untuk memiliki rumah sendiri, kami hanya ingin menjaga umi yang merupakan seorang janda. Adalah lebih baik bagi kami untuk tinggal bersama umi dan menjaga beliau daripada memilih untuk mengontrak rumah dan tinggal terpisah.


ShareThis