23 Juli 2011

Menilik Pelanggaran Prinsip Sendiri


Semua orang memiliki beberapa atau banyak prinsip hidup tentang hal apapun, tidak terkecuali tentang harga diri. Suatu ketika, seorang sahabat saya memiliki prinsip bahwa dia tidak akan melakukan hubungan suami istri (free sex) sebelum dia menikah. Sekian lama dia berpegang teguh pada prinsip tersebut, memegangnya erat agar harga dirinya tetap sempurna bila dia bersanding dengan suaminya kelak.

Namun, perubahan akan tetap terjadi, cepat atau lambat. Sekuat apa iman dan pendiriannya untuk patuh pada prinsip tersebut, ternyata goyah dengan sebuah candaan yang berbau nikmat duniawi. Dia terlena, sesak namun nikmat, sedih tapi ingin lagi. Nah loh?
From Google

Begitulah manusia, tiada yang sempurna, bahkan dalam membangun prinsip yang paling dasar dalam hidupnya pun kita masih mendapat banyak terpaan cobaan yang notabene akan menggadaikan harga diri kita sendiri, memperjualbelikannya untuk nafsu sesaat. Tiada manusia yang patut untuk bermunafik ria, semuanya tiada yang benar-benar kelihatan bersih, pasti selalu ada noda yang lengket dan dibawa kemanapun dia pergi.

Lantas, apakah seseorang yang telah melanggar prinsipnya sendiri sudah tidak mempunyai harga diri lagi? Ooo, tunggu dulu kawan. Tiada yang berhak mutlak untuk memvonis hidup seseorang atas apa yang telah dilakukannya. Bukan untuk membela diri atau membela orang lain, namun lebih kepada semua orang akan menanggung dosanya masing-masing, jadi untuk apa menambah dosa sendiri dengan memberikan vonis tidak jelas kepada orang lain, dan atas dasar apa kita memberikan cibiran dan cacian yang menyakitkan kepada orang lain, toh kita sendiri juga pasti pernah melakukan kesalahan.

Urusanmu adalah urusanmu dan bukan urusanku. Sepertinya kalimat tersebut terasa rancu ditelinga. Mau dilakukan, eh kelihatan seperti tidak punya rasa empati terhadap sesama. Mau tidak dilakukan, eh kelihatan sikap mencampuri dan selalu ingin tahu apa yang dikerjakan oleh orang lain. Bagaimana donk….??? Ambil saja jalan tengahnya. Bila mendengar seseorang yang telah melanggar prinsip hidupnya sendiri, biarkanlah, itu telah menjadi keputusannya dan dia juga pasti mengerti apapun resiko yang akan ditanggungnya. Nah, mainkanlah porsi empati dalam bentuk saran dan kritik yang tidak terikat dan memaksa. Diterima dan dikerjakan, ya Alhamdulillah, tidak dikerjakan juga ya Alhamdulillah J

Apapun itu, hidup ini sangat fleksibel, lentur seperti karet yang ditarik kemanapun kita suka akan tetap kembali ke bentuknya semula, kecuali jika telah mencapai ambang batas kenormalannya, putuslah talinya. Kesanggupan seseorang dalam membuat dan memegang teguh prinsip dalam hidupnya merupakan salah satu bentuk perjuangan hidup, salah satu hal yang berbau bekerja keras. Tidak mudah membangun sistem hidup yang dilapisi dengan berbagai macam prinsip tersebut.

Namun, kita juga mengetahui bahwa manusia adalah tempat berkumpulnya kealpaan, tempat berkumpulnya kesalahan, tempat berkumpulnya kemunafikan, tempat berkumpulnya dosa…. Tinggal bagaimana cara kita untuk meminimalisirnya, menghindari bisikan dan rayuan pulau kepala setan, dan hal ini juga merupakan salah satu perjuangan berat dalam hidup, mendepak setan sejauh mungkin.

Semuanya kembali pada-Nya, Dia Yang Maha Mengetahui segala urusan hamba-Nya, hingga takdir yang tergaris dalam hidup akan memutuskan tali ke-fleksibel-an dan tali ke-elastis-an manusia. Tiada hari tanpa berbuat dosa, namun tiada hari juga untuk membersihkannya. Minimalisirkan semua resiko hidup dengan meminimalisir dosa dan kemunafikan….


NB :
Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, maka saya mengucapkan mohon maaf lahir dan batin kepada seluruh pembaca blog saya atas perbuatan dalam bentuk tulisan, baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja.

Sebenarnya, saya meminta maaf bukan karena adanya kesalahan atau dalam rangka bulan Ramadhan atau menyambut Lebaran, tapi saya lebih merasa khawatir tidak dimaafkan oleh orang lain bila Allah tiba-tiba mengambil nyawa saya. Jadi, selama ada kesempatan saya meminta maaf, akan tetap saya lakukan. Meskipun terkadang saya masih merinding sendiri jika melakukannya, hehehehe….


Bandung-  230711

0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis