Akhir-akhir ini saya mulai aktif
menulis lagi. Benar-benar sangat aktif menulis, atau lebih tepatnya mengikuti
berbagai perlombaan menulis, baik itu sekedar membuat puisi, cerpen atau
artikel yang bersifat narasi deskriptif. Awalnya hanya iseng sebagai pelampiasan
kebosanan atau mengisi waktu luang, tapi lama-lama saya jadi ketagihan untuk
menulis dan mengikuti berbagai perlombaan menulis. Saya seperti menemukan passion lagi.
Meskipun saat ini saya sedang
menyukai perlombaan menulis, tetapi saya tidak meu hantam kromo, semua perlombaan harus diikuti. Saya harus melakukan
seleksi atas perlombaan-perlombaan itu. Bukan berarti saya pilih-pilih, tapi
ada beberapa persyaratan yang diajukan dan harus ditaati yang tidak sesuai
dengan prinsip saya.
Entah dimulai sejak kapan metode
perlombaan mulai mengikutsertakan peran serta sosial media. Pada umumnya para
penyelenggara mengharuskan atau mewajibkan para peserta untuk mendaftar sebagai
anggota di group atau harus berteman
dengan akun-akun yang ditentukan atau harus me-LIKE fanpage atau harus
mem-FOLLOW akun mereka, dan syarat-syarat lainnya yang berhubungan dengan
aktifitas di sosial media.
Metode ini juga mengharuskan para
peserta untuk sharing ke beberapa
orang tentang event perlombaan ini
melalui status sosial media mereka. Melakukan tag atau memberikan link ke wall atau melakukan mention
ke beberapa orang sekaligus tentang perlombaan yang sedang diikuti merupakan
salah satu tindakan seorang spammer.
Ini menurut pendapat saya, karena tidak semua orang menyukai "sampah"
berserakan di akun-nya loh.
Memang saya akui kalau metode
mengikutsertakan peran serta sosial media merupakan salah satu cara jitu untuk
menaikkan rangking brand si
penyelenggara itu. Lagipula hampir semua orang sudah mengetahui dan paham bahwa
sosial media memiliki kekuatan tersendiri sebagai alat marketing yang hebat,
tepat, murah dan efisien. Akan tetapi, saya pribadi merasa tidak nyaman bila
harus melakukan hal ini kepada teman-teman yang ada di sosial media. Itu
sebabnya saya tidak akan mengikuti perlombaan menulis yang memiliki syarat ini,
harus melakukan sharing tentang info
perlombaan ke akun orang lain.
Selain dari metode di atas,
sistem penilaian yang dilakukan oleh juri juga mulai dipengaruhi oleh peranan
sosial media. Sistem penilaian sudah tidak murni lagi atas dasar kualitas hasil
karya yang dilombakan karena titik berat penilaian sudah kepada banyaknya vote atau suara yang dikumpulkan melalui
fitur sosial media. Semakin banyak LIKE yang didapatkan oleh seorang penulis di
karya tulisnya maka semakin besar kesempatannya untuk menang, terlepas dari
apakah tulisannya memang berkualitas atau tidak.
Dengan sistem penilaian seperti
itu, maka tidak heran bila sepak terjang spammer
semakin menjadi. Para peserta akan semakin aktif menggunakan akun sosial
media-nya untuk menyebarkan hasil karyanya kepada akun teman-temannya. Semakin
banyak informasi yang disebarkan tentang event
perlombaan tersebut, maka semakin naiklah branding
si penyelenggara, maka tujuan pun tercapaikan.
Saya pribadi tidak menyukai
sistem penjurian seperti ini, meskipun saya mengikuti beberapa perlombaan menulis
yang mengharuskan saya untuk sharing link
ke akun teman-teman sosial media, tapi saya tidak akan melakukan spam. Saya hanya akan meletakkan link di wall akun pribadi saya dengan
beberapa kalimat persuasif. Just that, no
private message, no tag, no sharing in them wall, and no mention anymore.
Meskipun saya tahu kalau tindakan
idealis saya ini kemungkinan besar akan menggagalkan saya untuk menjadi
pemenang, tapi saya akan tetap mempertahankan prinsip ini. Esensi pemenang saat
ini juga lebih kepada mendapatkan materi, sudah samar dan rancu dengan kualitas
karya yang dihasilkan. Akan tampak berbeda bila kita memang menginginkan untuk
menjadi pemenang dan terobsesi untuk mendapatkan hadiah, maka cara apa pun akan
dilakukan. Hal ini tentunya kembali lagi kepada penulis itu sendiri, apakah
tetap mau mengikuti rule yang telah
ditetapkan atau tidak.
Kalah atau menang, pecundang atau
pemenang, hadiah materi atau penghargaan adalah
hal yang lumrah dari sebuah event
perlombaan. Terlepas dari apakah hasil karya itu memang berkualitas atau tidak.
Terlepas dari apakah Anda juga memiliki pemikiran atau prinsip atau idealis
yang sama seperti saya. Terlepas dari penilaian juri yang tidak bisa diganggu
gugat. Terlepas dari itu semua, passion
untuk mengikuti perlombaan menulis lainnya harus tetap ada, karena dari ajang
perlombaan inilah para penulis dapat terus berlatih dan meningkatkan kualitas
karyanya.
Selamat berlomba, selamat
berkarya, dan selamat bersenang-senang dengan tulisan.
211013
0 komentar:
Posting Komentar