23 Agustus 2012

Waspadalah di Jalan Raya Bila Tidak Mau Diomelin Ibu-Ibu


Tiada yang salah dengan ungkapan “Welcome the the jungle” ketika kita sedang berada di jalan raya. Karena semua orang memiliki kepentingannya masing-masing maka ego pun menjadi tinggi, sehingga sikap untuk saling mengalah semakin menghilang. Mungkin sudah menjadi pemandangan yang biasa ketika jalan raya menjadi ajang pertempuran, saling salip-menyalip dan saling membuang rasa sabar. Kendaraan yang memiliki roda berapa pun tidak akan pernah luput dari kesalahan.

Bila seorang pejalan kaki tertabrak sepeda motor, maka sepeda motor-lah yang salah. Bila sepeda motor tertabrak mobil, maka mobil-lah yang salah. Bila mobil tertabrak truk atau fuso, maka truk atau fuso-lah yang salah. Rangkaian salah tersebut seolah sudah menjadi “hukum karma” yang turun-temurun bagi para pengendara.

Begitu juga dengan kejadian kemarin sore yang menimpa keluarga saya. Ketika itu pukul setengah enam sore, kami sekeluarga sedang pulang menuju ke rumah, lalu lintas semakin padat dengan kendaraan. Dipertigaan jalan (simpang tiga), mobil yang dikemudikan adik saya akan berbelok ke arah kiri, dari jarak sekitar 50 meter adik saya sudah menghidupkan lampu sein kiri sebagai tanda bahwa mobil kami akan berbelok.

Tepat di sebelah kiri mobil kami ada sebuah sepeda motor yang tidak tahu akan menuju ke arah mana, tetapi posisinya selalu mepet ke arah mobil. Sebelum mobil berbelok, sepeda motor itu justru semakin dekat dengan mobil. Karena adik khawatir kalau sepeda motor tersebut akan tersenggol maka dia mengerem mobil secara mendadak.

Bapak saya yang duduk di bagian kursi penumpang depan segera membuka kaca jendela, bermaksud untuk marah. Tetapi ternyata didahului oleh kemarahan ibu saya yang duduk di kursi penumpang  tengah tepat dibagian kiri, sehingga lebih dekat ke sepeda motor tersebut. Serta merta ibu menurunkan jendela dan mengomel ke arah pengendara sepeda motor tersebut.

Dengan logat khas orang Medan ibu mengomel seperti ini “Nggak kau lihat lampu sein mobil ini yang mau belok ke kiri? Udah tau orang mau belok, koq malah mepet-mepet pula kau ke mobil. Nanti ketabrak kami pula yang salah”

Kami semua yang di dalam mobil bengong melihat ibu marah dan mengomel seperti itu. Mengapa? Karena selama ini ibu tidak pernah marah kepada para pengendara sepeda motor atau kepada pengendara asal lainnya, karena setiap kali ada kejadian yang tidak menyenangkan di jalan raya ibu selalu berkata “Sabar nak, namanya juga jalan raya, kita harus sabar, harus ada yang mengalah”.

Akhirnya si pengendara sepeda motor yang berboncengan itu berhenti melajukan kendaraannya, mobil kami pun melenggang manis belok ke arah kiri jalan. Setelah dibahas, kami berspekulasi bahwa pengendara motor tersebut mungkin ketakutan karena tidak memakai helm. Saat itu, di tengah persimpangan memang berdiri seorang pria yang mengenakan rompi berwarna hijau stabillo ala polisi lalu lintas. Pria tersebut bukanlah polisi tetapi hanya orang sipil yang berbaik hati membantu mengatur lalu lintas di persimpangan tersebut yang selalu saja macet. Pria tersebut sering juga disebut sebagai “polisi gocap/goceng”. Nah, mungkin si pengendara motor itu takut ditilang oleh si polisi gocap itu sehingga dia bersembunyi di sebelah mobil kami dan selalu mepet-mepet.

Bukan membela ibu saya, tetapi kejadian seperti itu memang sudah sering terjadi, bagi para pegnendara mobil, Anda juga pasti pernah merasakan, jadi wajar rasanya bila ibu saya marah. Marah di sini dalam artian demi kebaikan semua orang, karena bila saja ibu tidak bertindak demikian tentu si pengendara sepeda motor akan terjatuh karena menabrak mobil kami, tentu saja pengendara motor tersebut tidak akan merasa bersalah, dan bila mereka menderita luka maka kamilah yang harus bertanggung jawab.

Ah, ada-ada saja kelakukan para pengendara di jalan raya. Kalau tidak mau ditilang ya pakailah helm, kalau tidak mau ditabrak atau tertabrak ya harus waspada juga, jangan suka asal mengebut dan menganggap bahwa jalan raya ini miliki pribadi. Seperti kata orang-orang, “Jangan kau kira jalan ini punya nenek moyang kau ya, seenaknya aja kau bertingkah” :D


230812


0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis