Bahasa universal, untuk kesekian kali topik ini dibahas. Selalu saja ada yang aneh, unik dan lucu kalau berbicara tentang hal ini. Begitu juga saya, yang ingin menceritakan kembali pengalaman umroh kakek dan nenek saya.
Berbagai macam orang yang datang ke kota Makkah dan Madinah, berbagai macam suku bangsa dan
negara, tentu juga berbagai macam adat dan bahasa. Namanya juga orang tua zaman dahulu, yang mereka mengerti sedikit bahasa Cina dan Belanda dan tidak mengerti bahasa Inggris (dimana bahasa Inggris lazim digunakan jika kita bepergian ke luar negeri).
negara, tentu juga berbagai macam adat dan bahasa. Namanya juga orang tua zaman dahulu, yang mereka mengerti sedikit bahasa Cina dan Belanda dan tidak mengerti bahasa Inggris (dimana bahasa Inggris lazim digunakan jika kita bepergian ke luar negeri).
Seperti yang diceritakan nenek, saat nenek selesai melaksanakan sholat di Makkah dan beristirahat di tangga masjid. Disampingnya duduk dua orang wanita yang berparas ketimuran. Namanya juga orang Indonesia, sikap ramahnya selalu dibawa kemana-mana J. Nenek bertanya “Turki?”, si wanita menggeleng, “Pakistan” jawabnya.
Saling bertukar senyum hingga akhirnya si wanita menggunakan bahasa isyarat dengan memijat-mijat lutut dan betisnya, mungkin dia ingin mengatakan “kaki saya pegal”. Itulah hebatnya bahasa isyarat, tak perlu pendidikan khusus untuk mengerti dan memahami artinya. Dengan sigap nenek langsung mengambil balsam yang selalu sedia di tasnya dan memberikannya ke wanita tersebut.
Senangnya si wanita dan segera mengoleskannya di bagian kakinya yang terasa pegal. Nah, wanita Pakistan yang lain, mulai merasa iri kenapa dirinya tidak di kasi juga. Mungkin terlalu sedih sampai dia menangis sesegukan. Namun mungkin belum rezeki dia karena balsam nenek cuma satu. Dengan menggunakan bahasa isyarat lagi, nenek mengatakan bahwa kalian berdua harus berbagi balsam itu. Setelah dibagi dengan wanita Pakistan yang pertama, maka wanita Pakistan kedua mulai berhenti menangis.
Lain cerita juga saat nenek melaksanakan sholat di masjid yang sama. Setelah selesai sholat, nenek membaca Al-Qur’an dengan meminjam Al-Qur’an yang tersedia di masjid itu. Setelah selesai membaca, nenek hendak mengembalikan Al-Qur’an itu ke tempatnya semula. Ternyata ada seorang wanita yang berwajah ketimuran juga mengatakan bahwa nenek boleh membawa Al-Qur’an itu, tentu saja masih menggunakan bahasa isyarat.
Nenek bingung karena takut mengambil yang bukan miliknya. Namun dengan sigap si wanita itu mengambil Al-Qur’an dan menunjuk dirinya seolah mengatakan bahwa Al-Qur’an ini miliknya, lantas dia langsung memasukkannya ke dalam tas nenek seraya tersenyum. Nenek mengucapkan terima kasih dalam bahasa Indonesia, meskipun si wanita tidak mengerti mungkin dia juga mengetahui dan paham bahwa nenek berterima kasih atas Al-Qur’an yang diberikannya.
Itulah sekelumit cerita tentang bahasa universal, bahasa isyarat. Mungkin masih banyak cerita seru dan lucu di kota suci tersebut. Masih banyak tempat di dunia ini yang menyimpan banyak cerita tentang keunikan bahasa isyarat yang digunakan oleh orang-orang.
Anyway, tanpa saling kenal pun kita tetap bisa menyebar kasih sayang lewat sebuah tindakan sederhana. Tersenyum, mengangguk, menggeleng, dan masih banyak perbendaharaan bahasa isyarat yang kita miliki. Bersyukurlah jika Anda telah melakukan kabaikan dengan atau tanpa menggunakan bahasa isyarat.
Medan – 170511
0 komentar:
Posting Komentar