31 Mei 2011

Melihat Penyakit Melalui Ilmu Pengalaman Sendiri


Saya memang bukanlah seorang praktisi kesehatan yang mengerti dan paham bagaimana seluk beluk kesehatan. Saya juga bukanlah seseorang yang ahli di bidang kedokteran. Bahkan, saya bukanlah seorang psikolog yang mengerti ilmu-ilmu tentang kejiwaan. Tetapi, saya hanyalah orang biasa yang mencoba mencari tahu dan menelan informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah kesehatan, ilmu kedokteran, maupun psikologi.

Sekeping ilmu saya ini saya kunpulkan dari ilmu-ilmu yang bertebaran di dunia maya ini maupun dari dunia buku. Ada beberapa hal yang menggerakkan hati dan diri saya untuk selalu merasa haus dengan dunia tersebut.

Jika kita merasakan sakit yang tergolong “penyakit mahal”, seperti kanker, atau kita melihat dan merawat orang-orang yang kita sayangi yang juga mengalami “penyakit mahal” lainnya, tentu kita akan tergerak untuk ikut berusaha mencari solusinya. Hal inilah yang melatarbelakangi saya untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya, mengumpulkan informasi agar mengetahui apa, bagaimana, dan solusi yang bisa saya dapatkan.

Saya sedang melakukan riset secara otodidak tentang penyakit kanker payudara dan korelasinya dengan penyakit darah rendah. Belum lagi selesai riset kecil saya tersebut, hati saya kembali tergerak untuk mempelajari keadaan dimana otak kecil yang berkembang tidak sempurna yang terjadi pada bayi berusia dibawah 2 tahun, serta penyakit yang menyebabkan pinggulnya tidak berkembang yang berakibat bayi itu tidak bisa berdiri dan berjalan.

Kasus-kasus di atas adalah merupakan beberapa contoh di kehidupan kita. Sangat mudah melihat kasus yang berbeda dari orang lain juga. Salah satu faktor kuat yang mendorong saya untuk melakukan riset kecil ini adalah bahwa kasus-kasus tersebut terjadi pada orang-orang yang saya sayangi, termasuk pada diri saya sendiri.

Saya belajar dari pengalaman diri dan orang lain. Bukan berarti saya tidak berani berdiskusi dengan para ahlinya, bukan juga ada maksud untuk “melecehkan” pekerjaan mereka, tetapi lebih kepada rasa trauma dari penanganan-penanganan yang mereka lakukan dalam dunia medis. Apakah pernah terjadi malpraktek pada kami? Alhamdulillah sejauh ini belum pernah, tetapi yang namanya keracunan obat, sepupu saya pernah mengalaminya, mungkin karena terlalu banyak obat yang diminumnya dari para ahli yang berbeda.

Sekali lagi saya mohon maaf, dengan artikel ini saya tidak bermaksud menyinggung satu atau beberapa profesi. Hanya ingin mengingatkan, bahwa kita sebagai orang awam dengan dunia medis dan psikolog, bukan berarti kita tidak mampu mendapatkan hal yang benar-benar jujur tentang berbagai penyakit. Menurut saya, justru itulah hal paling mendasar untuk menangani suatu penyakit.

Kembali ke beberapa kasus tadi. Jujur, saya termasuk orang yang sangat takut dengan jarum suntik, dan saya rasa masih banyak dari Anda yang memiliki ketakutan yang sama dengan saya J. Hal sepele memang, tetapi menjadi sangat menakutkan jika berhadapan langsung dengan objeknya. Bertambahnya usia membuat saya terus belajar untuk mengendalikan dan menundukkan rasa takut tersebut. Hingga akhirnya, terlintas pikiran yang lain, justru bukan jarumnya yang saya takut dan khawatirkan, tetapi zat kimia yang masuk ke tubuh saya itulah yang harus lebih saya takutkan.

Apakah saya mengatakan bahwa obat alias zat kimia itu termasuk berbahaya, tentu tidak, saya bukanlah seorang ahli yang berhak mengatakannya. Toh, kita semua mengetahui bahwa zat kimia tersebut terkadang bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Kembali ke fitrahnya, segala sesuatu itu ada nilai positif dan nilai negatifnya, tergantung dari sisi apa kita melihat dan membahasnya J

Ada seseorang yang mengatakan bahwa obat itu adalah racun. Dan saya sependapat dengan beliau. Meskipun saya memiliki pemikiran demikian, tetapi kalau ada penyakit menyerang saya, ya tetap saja saya memeriksakan diri ke ahlinya (dokter) dan meminum oabt yang di resepkan kepada saya. Namun, saya sangat mengurangi terjadinya hal itu. Saya lebih respect dengan obat-obatan herbal yang mudah ditemui tetapi memiliki tingkat penyembuhan yang manjur.

Tak terlepas dari nilai positif dan negatif, obat-obatan herbal juga memiliki resiko yang berbeda terhadap seseorang, tergantung dari cara dia mengolah dan mengonsumsinya. Menurut saya, lebih kecil efek negatif yang ditimbukan oleh obat herbal jika dibandingkan dengan efek negatif dari obat medis.

Resep-resep pengobatan herbal ala orang tua zaman dulu ternyata sangat manjur untuk mengobati berbagai macam penyakit. Bahan mudah di dapat, mudah di olah, dan mudah dipergunakan dengan tingkat resiko yang minim. Memang untuk mengolah obat herbal sedikit lebih ribet dan memiliki banyak proses yang harus dilakukan secara manual, toh hasil dari obat herbal tetap manjur dengan sedikit efek samping.

Masyarakat kita lebih memilih kepada hal yang berbau instant, cepat, mudah, tidak repot dan berkhasiat. Itulah definisi singkat untuk obat medis. Tinggal kasi resep, dapat obat, langsung diminum dan tunggu hingga sembuh. Obat herbal dan obat medis terkadang juga bisa di kombinasikan, tetapi saya tidak tau efek sampingnya apa karena saya belum pernah mencobanya, kalau minum obat herbal ya habiskan dulu obat medisnya, atau sebaliknya.

Pekarangan yang kecil atau bahkan tidak punya pekarangan sama sekali sebenarnya bukanlah alasan “skak matt” untuk tidak memperhatikan kesehatan keluarga secara herbal. Lebih baik kita membuat apotek hidup untuk berjaga-jaga bilamana memang dibutuhkan dalam keadaan darurat, setidaknya ada bahan-bahan herbal yang bisa menolong sementara sebelum mendapat tindakan medis lebih lanjut.

Saling tukar informasi, baik untuk obat herbal, tanaman yang bisa dijadikan apotek hidup, cara penggunaan obat herbal itu, bahkan sampai kepada pengkombinasian antara terapi alami dengan obat-obatan herbal. Terapi juga merupakan salah satu solusi untuk menangani berbagai macam penyakit. Indonesia, disamping sebagai Negara yang kaya dengan tanaman herbalnya juga kaya dengan berbagai macam metode terapi alami/tradisionalnya. Meskipun tidak semua metode terapi tradisional cocok dengan tubuh kita, tergantung apa penyakitnya dan metabolisme tubuh si pasien.

Inti dari artikel ini adalah, bahwa kita harus lebih memperhatikan kesehatan dari segi apapun. Bilamana kita atau orang yang kita sayangi atau orang yang berada di sekitar kita terserang penyakit, kita mampu melakukan diagnosis sederhana berbekal ilmu kesehatan yang bisa diperoleh dari segala aspek tradisional dan medis, bahkan kita mampu untuk mengobati penyakit dengan obat-obatan herbal yang murah, mudah di dapat dan mudah di gunakan, dimana kita juga harus bisa memiliki niat dan segera membangun apotek hidup milik kita sendiri sebagai salah satu investasi yang paling bermanfaat bagi hidup kita dan banyak orang yang membutuhkannya.

Akhir kata, manfaatkan kesehatan yang kita punya untuk terus berbagi ilmu kepada orang lain. Tetap menjaga kesehatan dan berusaha untuk lebih care dengan orang lain, baik orang yang sangat kita sayangi, maupun orang-orang di sekitar kita. Karena suatu saat, kita pasti akan membutuhkan bantuan mereka juga.


Medan - 090511

0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis