From Google |
Pria dan wanita di ciptakan berbeda untuk saling melengkapi perbedaan yang tampak maupun tak tampak di antara mereka berdua. Satu hal hebat yang bisa menyatukan rasa mereka adalah rasa cinta dan kasih sayang, baik itu dalam hubungan saudara, persahabatan dan pertemanan, pacaran maupun pernikahan.
Saya pernah membaca suatu artikel yang membahas sebuah penelitian tentang perubahan tingkat emosi dan metabolisme tubuh terhadap rasa tertarik antara seorang pria dengan seorang wanita. Masing-masing personal mengeluarkan gelombang daya tarik untuk memikat satu dengan yang lainnya.
Perasaan cinta dan kasih sayang itu memang dapat dibuktikan dengan serangkaian penelitian, yang pada intinya ingin membuktikan bahwa saat kita mengalami rasa ketertarikan atau memang telah menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis, maka seluruh detail di tubuh dapat berubah sesuai dengan apa yang dirasakan.
Manisnya masa-masa saling tertarik satu sama lain, masa-masa saling mengeluarkan kelebihan masing-masing, masa-masa ingin melakukan apa saja agar dia menjadi milik kita. Anda yang pernah mengalami jatuh cinta pasti pernah merasakan momen di masa-masa indah tersebut kan?
Mencurahkan waktu yang dimiliki hanya untuk bisa berkomunikasi dengan seseorang yang kita anggap sebagai belahan hati, ada waktu kosong sedikit saja langsung memanfaatkannya dengan maksimal. Bertemu, makan bersama, ngobrol sampai lupa waktu, bahkan intensitas telepon dan sms yang bisa dibilang seperti minum obat. Pokoknya semua perhatian wajib untuk dirinya seorang, prikitieewwww…. (kata Sule).
Dari mulai proses saling cunihin kata orang Sunda, kenalan, PDKT, jadian, hingga pacaran atau bahkan sampai ke jenjang pernikahan. Semua hal itu melalui proses perubahan yang dinamakan perubahan hormon cinta. Contoh, saat kita baru resmi pacaran, ya bisa dibilang sedang berada di masa hangat-hangatnya pacaran, tingkat rasa ingin memiliki seutuhnya sangat tinggi, hingga kita merasa ingin selalu berada di sisinya.
Lambat laun, waktu mulai berganti dan rasa cinta mulai berubah sedikit demi sedikit. Saya sudah banyak membaca artikel tentang perubahan ini, bisa jadi proses perubahan ini menetapkan keberadaan suatu hubungan, apakah hubungan ini mengalami evolusi cinta, pasangan yang mampu untuk bertahan adalah pemenangnya. Hampir di semua artikel mengatakan, menjelaskan, dan bahkan menghimbau kepada para pasangan untuk tetap menjaga dan mempertahankan hubungannya dengan melakukan komunikasi yang intens.
Namun, artikel hanyalah artikel yang bisa memberitahukan dan menghimbau kepada khalayak, keputusan akhirnya tetap kembali ke si pembaca, apakah memang berniat dan ingin melakukannya atau hanya sekedar ikutan setuju namun masih menunda untuk melakukannya. Tidak mudah memang untuk menjaga sebuah hubungan, dan meskipun terkadang selalu saja benar bahwa lebih mudah memberikan saran daripada melakukannya :)
Jika dulu, saat PDKT atau baru pacaran/menikah, waktu terasa “diobral”, murah meriah dan sesuka hati meluangkan waktu untuk si dia, seseorang yang kita cinta dan sayangi. Namun, secara sadar kita tidak bisa memungkiri waktu bahwa semua itu proses yang sedang dan terus berlanjut, seperti kutipan sebuah kalimat dari seseorang bahwa “Yang abadi di dunia ini hanya satu yaitu perubahan”. Ya, semuanya akan mengalami perubahan.
Perhatian dan waktu yang dulu “diobral” sekarang mulai naik harga. Hingga suatu ketika terjadi pada seseorang yang mengumpamakan dirinya seperti seorang pengemis yang menginginkan tas ber-merk terkenal di butik LV, harga yang sangat mahal sekali bukan? Pada kenyataannya “si pengemis” itulah diri kita yang dulunya memiliki rasa cinta dan sayang yang besar. Hingga menjadi seorang “hamba sahaya” hanya untuk mendapatkan secuil waktu dan perhatian dari si dia, orang yang kita cinta dan sayangi.
Ironiskah atau kalimat saya di atas terlalu mendramatisir? Terserah kepada Anda menilainya seperti apa. Hanya saja, terkadang saya juga sering bertanya, apakah harga perhatian dan waktu sudah semahal itu, saat kita memang telah mengenal dan memahami orang yang kita cintai dan sayangi?
From Google |
Mungkin perasaan yang terlalu melankolis telah mendominasi artikel ini, disamping kodrat saya sebagai seorang wanita yang lebih mengepentingkan perasaan daripada logika. Jika hanya sebelah telapak tangan yang menengadah untuk menghasilkan sebuah tepukan, sampai kapanpun tidak akan berhasil. Namun jika kedua telapak itu saling beradu maka akan menimbulkan bunyi yang merdu.
Begitulah perumpamaan sederhana yang sering di katakana orang-orang, bahwa untuk menghadapi perubahan itu harus kedua belah pihak yang melakukannya. Pada intinya, apakah Anda ingin berubah untuk memperbaiki keadaan atau tidak? Apakah sekarang harga perhatian dan waktu Anda telah melonjak naik mengalami inflasi hingga tak terbeli oleh orang-orang terkasih Anda? Apakah tidak bisa Anda mengucapkan kalimat rayuan gombal yang dulu sering terucap saat belum memiliki pasangan Anda saat ini?
Wah, mungkin masih banyak kalimat tanya yang akan keluar jika terus diteruskan. Jangan mencari masalah dengan terus bertanya, namun segera laksanakan (don’t ask but do). Tiada guna berdebat ingin mencari siapa salah siapa benar, yang penting berusaha untuk saling mengingatkan jika salah satu ada yang alpa. Bukankah saling berbagi cinta dan kasih adalah suatu hal yang indah, adalah suatu hal berharga yang dianugerahkan Tuhan kepada kita? Marilah saling mengoreksi diri masing-masing dan segera hampiri orang terkasih Anda dengan memberikan diskon 100% untuk perhatian dan waktu Anda.
Selamat berbagi cinta dan kasih ^__^
Medan - 100511
0 komentar:
Posting Komentar