19 Januari 2013

Sungai yang Mengembalikan Sampah ke Pemiliknya

Sumber Gambar

Beberapa hari ini, ibukota Indonesia, yaitu Jakarta, sedang dilanda banjir bandang, banjir besar-besaran. Berbagai simpati dan bantuan datang untuk menolong para korban, tetapi banyak juga yang menjadikan bencana ini sebagai gurauan. Ah, rasanya tidak etis menertawakan atau sekedar menyengir melihat bencana ini.

Apa yang terjadi mungkin adalah bentuk kekecewaan sungai kepada kita. Sungai membludak dan ingin mengembalikan sampah-sampah kepada pemiliknya. Kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya memang masih sangat memprihatinkan. Bukankah tempat-tempat (tong-tong) sampah sudah tersedia di berbagai tempat umum? Tetapi mengapa sulit sekali bagi kita untuk meletakkan bungkusan bekas pakai ke tempat yang seharusnya (tong sampah)?

Pernah suatu ketika, saya melihat orang membuang sampah ke sungai, bahkan dia membuang sampahnya tepat di bawah papan yang bertuliskan “DILARANG MEMBUANG SAMPAH DI SINI!”. Bila ditegur atau diingatkan, mereka akan cuek atau malah balik marah, “Bukan urusan kamu!” atau “Tau apa kamu?!” atau umpatan dan kemarahan lainnya.

Pernah juga saya mendapatkan teguran dari nenek karena melarangnya membuang sampah di sungai yang terletak di belakang rumah.
“Nek, kenapa harus membuang sampah di sungai? Kan sudah ada truk pengangkut sampah yang setiap hari lewat di depan rumah. Lagipula biayanya cuma Rp 5000,- per bulan, murah meriah” jelas saya mencoba mencegah sekaligus memberikan solusi.

Ternyata respon yang diberikan diluar perkiraan saya, “Ah, ngapain ke truk sampah, bayar pula, sayang duitya. Duit Rp 5000 kan bisa dibelikan sayuran” jawab nenek menghiraukan solusi yang saya berikan. Walah, pemikiran wong tue’ zaman doeloe emang jauh berbeda ya.

Sekitar tahun 2011, kota Medan juga pernah dilanda banjir bandang, meski tidak separah seperti banjir yang di Jakarta seperti sekarang ini. Dengan mata kepala saya sendiri, saya melihat sungai Deli yang berada di belakang rumah nenek meluap dan mencapai batas tanggul. Arusnya tampak deras dan amarahnya terlihat sangat mengerikan. Kalau saja tanggul itu tidak kuat menahan debit air yang terus bertambah, mungkin beberapa kelurahan akan terendam. Syukur Alhamdulillah kami semua masih dilindungi oleh Allah SWT.

Di hari yang sama, saya harus mengantarkan nenek berobat ke suatu tempat. Mobil kami melewati sebuah jembatan yang air sungainya juga membludak hingga mencapai ke jembatan. Pemukiman penduduk di sekitar jembatan itu tentu saja terendam. Pemandangan yang terlihat adalah banyak orang yang hilir mudik menyelamatkan barang-barang berharganya, baik dari tokonya maupun dari rumahnya. Banyak juga orang yang hanya sekedar melihat pemandangan itu, bukan ikut memberikan pertolongan, itulah salah satu keanehan dari masyarakat Indonesia, terlalu sibuk dan senang menjadi penonton dari bencana alam yang terjadi.

Air sungai yang meluap di Jakarta juga tidak lupa mengunjungi istana negara, meskipun bukan termasuk kunjungan rutin atau kunjungan resmi, tetapi siapa yang bisa melarang air sungai tersebut masuk ke dalam lingkungan istana? Jawabannya adalah tidak ada yang bisa mencegahnya. Mungkin sungai juga ingin mengatakan bahwa bencana banjir ini bukan hanya milik orang-orang kecil dan miskin, tetapi juga milik orang-orang besar, pejabat dan kaya raya. Ya bisa jadi sungai ingin membagi rata rezeki dari Allah kepada semua orang, toh semua orang bisa merasakan senangnya main air, jarang-jarang lho melihat orang nomor satu di Indonesia bisa main air banjir, hehehe.

Di negara ini, sungai memang identik dengan sampah dan berakhir pada banjir. Tentu saja manusia tidak ingin disalahkan, sebagian besar mungkin akan menyalahkan Tuhan (astagfirullah), mengapa Tuhan mengirimkan banyak curah hujan ke tempat yang memang sudah berpotensi banjir, sedangkan Tuhan tidak menurunkan hujan di tempat kering dan sangat membutuhkan air.

Itu semua adalah rahasia dan kehendak Allah SWT, kita tidak akan pernah bisa mencegahnya, walau dengan cara apapun tanpa izin dari-Nya. Mungkin Allah memberikan kewenangan kepada sungai untuk memberitahukan kepada kita bahwa inilah akibatnya bila kita tidak menjaga kebersihan dan tidak bisa menjaga kelestarian alam, mungkin dengan cara seperti inilah Allah mengembalikan apa yang seharusnya memang menjadi milik kita, yaitu sampah.

Sungai mengembalikan sampah-sampah kepada pemiliknya dengan cara yang berbeda, tetapi sungai memiliki metode yang sama dalam menyampaikannya, yaitu membuang sampah itu sekehendak hatinya, dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun. Mungkin selama ini sungai hanya bisa berdiam diri diperlakukan semena-mena oleh kita, tapi suatu saat pasti dia akan “membalasnya”.

Dan peran serta segelintir orang yang sepenuh hati menjaga kelestarian sungai adalah bentuk kasih sayang dan penghargaan kepada pemberian Allah. Maka, sudah sepantasnya kita ikut membantu mereka untuk menjaga kebersihan sungai, minimal kita bisa menjaga kebersihan diri kita sendiri. Dan, jangan pernah menunggu amarah Allah dan alamnya dulu baru kemudian kita berubah.


190113

1 komentar:

Obat Penghancur Batu Empedu mengatakan...

Semoga hal ini tidak akan terjadi lagi

Posting Komentar

ShareThis