3 Januari 2013

Ada Pelangi di Matamu


Semua orang tahu bahwa hidup ini penuh warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, persis seperti warna pelangi. Semua orang juga tahu bahwa pelangi akan muncul setelah hujan reda dan sinar matahari membias bulir-bulir sisa dari air hujan.

Seperti itulah kehidupan, penuh dengan warna. Warna merah yang berasal dari kemarahan, jingga dari rasa haru, kuning dari kewaspadaan, hijau dari ketenangan, biru dari kesedihan, nila dari kesendirian, ungu dari kecerahan, dan warna-warna lainnya. Semua rasa bercampur baur menjadi satu dalam suatu wadah yang disebut hati.

Mungkin saat ini saya sedang berada di tepian warna biru dan nila, entah mengapa sejak akhir tahun lalu, perasaan saya berubah arah saat Januari akan segera menjelang, bahkan saat Januari sudah datang di hadapan rasa itu pun masih ada. Entah apa yang saya khawatirkan, entah apa yang saya pikirkan….

Sumber
Terkadang, saya sangat berharap bahwa Allah akan segera mengabulkan permohonan saya, tapi terkadang, saya merasa sangat sedih bila ternyata harapan yang sudah saya pendam lama dan saya mohon belum juga terwujudkan. Kesabaran, hanya itu kekuatan yang saya miliki sedari dulu. Berusaha untuk menyabarkan diri, berusaha untuk terus belajar dan memperbanyak stok sabar, berusaha untuk menenangkan diri lewat sabar.

Terkadang, saya merasa jalan ini sangat berat dilalui. Saya tiada putus berharap, tiada putus atas rahmat dan tiada pula berprasangka negatif kepada Allah. Saya juga sedang belajar untuk istiqomah, istiqomah untuk ngurangi atau tidak mengeluh lagi, untuk tidak merasa iri kepada orang lain, untuk tidak bersikap sombong atau takabur. Namun, bila kelelahan mulai merajai diri dan hati, maka hanya dengan menangislah saya bisa meluapkan perasaan ini J

Let’s talking other topic. Berbicara tentang laptop kesayangan terkadang juga membuat perasaan saya campur aduk, ada senang, ada gemas, ada sedih dan ada haru. Senang karena melalui laptop kesayangan ini saya bisa menghasilkan banyak karya, baik dibidang tulisan, desain, maupun pemograman. Gemas karena laptop ini sering berulah, maklum, laptop warisan dari bapak, jadi sudah mendekati masa expired-nya. Sedih karena laptop bersejarah ini sudah tidak bisa berfungsi dengan normal lagi sedangkan saya belum punya rezeki untuk membeli yang baru. Haru karena melalui laptop inilah saya banyak belajar sabar.

Akhir-akhir ini, laptop kesayangan semakin sulit digunakan. Saya harus lebih bersabar untuk menggunakannya, melakukan stand by atau mematikannya dulu untuk di charge karena charger-nya sedang konslet dan saya belum memperbaikinya. Maka, dengan terpaksa saya harus meminjam laptop saudara.

Bila baterai laptop saya sudah terisi penuh, maka saya menggunakannya untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Berhubung data-data penting juga banyak tersimpan di laptop ini jadi mau tidak mau saya harus tetap menggunakannya. Sedangkan untuk memindahkan data-data tersebut laptop pinjaman rasanya tidak etis.

Bila baterai leptop saya sudah habis, maka dengan segera saya me-stand by-kannnya dan melakukan charge, kemudian beralih ke laptop pinjaman untuk mendesain. Beberapa bulan ini saya memang meminjam laptop untuk meneruskan kegiatan mendesain karena laptop kesayangan saya sudah tidak kuat menampung program berat seperti Corel Draw.

Segala keterbatasan ini tetaplah harus saya syukuri, toh saya tetap bisa menghabiskan waktu dengan kegiatan yang bermanfaat dan tidak terpaku pada satu jalan saja. Bila sudah stuck pada satu jalan, mengapa tidak mencari jalan lainnya untuk memujudkan tujuan.

Sekali lagi, kesabaranlah yang selalu menyelamatkan saya. Alhamdulillah, terima kasih atas karuniamu ini ya Rabb. Semoga hamba bisa mempertahankan rahmat yang Engkau titipkan di diri hamba dan semoga hamba bisa menjadi seorang yang lebih wise dalam menyikapi hidup, amin ya robbal’alamin.



030112

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sip, itu ciri mukmin sejati

Posting Komentar

ShareThis