Semua orang tahu bahwa hidup
ini penuh warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, persis seperti
warna pelangi. Semua orang juga tahu bahwa pelangi akan muncul setelah hujan
reda dan sinar matahari membias bulir-bulir sisa dari air hujan.
Seperti itulah kehidupan,
penuh dengan warna. Warna merah yang berasal dari kemarahan, jingga dari rasa
haru, kuning dari kewaspadaan, hijau dari ketenangan, biru dari kesedihan, nila
dari kesendirian, ungu dari kecerahan, dan warna-warna lainnya. Semua rasa
bercampur baur menjadi satu dalam suatu wadah yang disebut hati.
Mungkin saat ini saya sedang
berada di tepian warna biru dan nila, entah mengapa sejak akhir tahun lalu,
perasaan saya berubah arah saat Januari akan segera menjelang, bahkan saat
Januari sudah datang di hadapan rasa itu pun masih ada. Entah apa yang saya khawatirkan,
entah apa yang saya pikirkan….
Sumber |
Terkadang, saya sangat
berharap bahwa Allah akan segera mengabulkan permohonan saya, tapi terkadang, saya
merasa sangat sedih bila ternyata harapan yang sudah saya pendam lama dan saya
mohon belum juga terwujudkan. Kesabaran, hanya itu kekuatan yang saya miliki
sedari dulu. Berusaha untuk menyabarkan diri, berusaha untuk terus belajar dan
memperbanyak stok sabar, berusaha untuk menenangkan diri lewat sabar.
Terkadang, saya merasa jalan
ini sangat berat dilalui. Saya tiada putus berharap, tiada putus atas rahmat dan
tiada pula berprasangka negatif kepada Allah. Saya juga sedang belajar untuk
istiqomah, istiqomah untuk ngurangi atau tidak mengeluh lagi, untuk tidak
merasa iri kepada orang lain, untuk tidak bersikap sombong atau takabur. Namun,
bila kelelahan mulai merajai diri dan hati, maka hanya dengan menangislah saya
bisa meluapkan perasaan ini J
Let’s talking other topic.
Berbicara tentang laptop kesayangan terkadang juga membuat perasaan saya campur
aduk, ada senang, ada gemas, ada sedih dan ada haru. Senang karena melalui
laptop kesayangan ini saya bisa menghasilkan banyak karya, baik dibidang
tulisan, desain, maupun pemograman. Gemas karena laptop ini sering berulah,
maklum, laptop warisan dari bapak, jadi sudah mendekati masa expired-nya. Sedih
karena laptop bersejarah ini sudah tidak bisa berfungsi dengan normal lagi
sedangkan saya belum punya rezeki untuk membeli yang baru. Haru karena melalui
laptop inilah saya banyak belajar sabar.
Akhir-akhir ini, laptop
kesayangan semakin sulit digunakan. Saya harus lebih bersabar untuk
menggunakannya, melakukan stand by atau mematikannya dulu untuk di charge
karena charger-nya sedang konslet dan saya belum memperbaikinya. Maka, dengan
terpaksa saya harus meminjam laptop saudara.
Bila baterai laptop saya sudah
terisi penuh, maka saya menggunakannya untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum
selesai. Berhubung data-data penting juga banyak tersimpan di laptop ini jadi
mau tidak mau saya harus tetap menggunakannya. Sedangkan untuk memindahkan
data-data tersebut laptop pinjaman rasanya tidak etis.
Bila baterai leptop saya sudah
habis, maka dengan segera saya me-stand by-kannnya dan melakukan charge,
kemudian beralih ke laptop pinjaman untuk mendesain. Beberapa bulan ini saya
memang meminjam laptop untuk meneruskan kegiatan mendesain karena laptop
kesayangan saya sudah tidak kuat menampung program berat seperti Corel Draw.
Segala keterbatasan ini
tetaplah harus saya syukuri, toh saya tetap bisa menghabiskan waktu dengan
kegiatan yang bermanfaat dan tidak terpaku pada satu jalan saja. Bila sudah
stuck pada satu jalan, mengapa tidak mencari jalan lainnya untuk memujudkan
tujuan.
Sekali lagi, kesabaranlah yang
selalu menyelamatkan saya. Alhamdulillah, terima kasih atas karuniamu ini ya
Rabb. Semoga hamba bisa mempertahankan rahmat yang Engkau titipkan di diri
hamba dan semoga hamba bisa menjadi seorang yang lebih wise dalam menyikapi hidup, amin ya robbal’alamin.
030112
1 komentar:
sip, itu ciri mukmin sejati
Posting Komentar