11 Maret 2012

Kehidupanku Yang Telah Direnggut



Dia sangat bahagia saat mengetahui bahwa dia akan memiliki aku. Dia mengelus-elus aku setiap hari dan memberikan aku susu agar aku kuat, agar ibu kuat memeliharaku. Tetapi, terkadang ibu sangat gusar melihatku, dalam pikirannya, “siapa yang akan bertanggung jawab sebagai ayahmu, nak?”.

Ayahku beralih dengan kalimat “aku belum siap untuk menerimanya”. Ibuku menginginkan kehadiranku, dia menyayangiku, terlihat dari pancaran kedua matanya yang bening. Bahagianya jika ibu dapat menjagaku. Tetapi berbeda dari keinginan ayahku itu yang membuat aku sedih….

Ibuku tetap pada pendiriannya untuk menjagaku, tetapi ayah juga tetap ngotot untuk membuangku…. Ayah, dimanakah perasaanmu? Meskipun aku masih kecil dan belum memiliki bentuk, tetapi tegakah ayah membuangku begitu saja? Batinku meronta. Ibu, tolong bantu untuk melindungiku.

Ibu berkeras, dan akhirnya menyusun rencana untuk “melarikan diri” kesuatu tempat yang jauh, dan meminta tolong pada temannya. Tentu saja untuk menjaga dan merawatku, meskipun tanpa ada ayah disampingnya. Dia mencoba tegar, dia ibuku….

Ternyata temannya mengkhianati ibu… hiks hiks hiks… ibuku mulai kehilangan arah lagi, dia mulai meragu kembali. Ibu, apakah yang sedang ibu pikirkan? Aku ingin menghiburmu.

Ibu mengurungkan niatnya untuk menjagaku, dia kembali menemui ayahku. Ayah tetap pada pendiriannya bahwa dia belum siap menerimaku dan dengan sejuta alasan lainnya, yang membuat ibuku semakin meragu.

Akhirnya mereka membuat keputusan untuk membuangku… ya Allah, aku salah apa, hingga mereka tidak menginginkanku? Ibuku juga tau hal itu kalau aku tidak bersalah, tapi mengapa dia tidak membelaku seperti saat itu? Tidak sayang lagikah dia pada ku? Keputusan telah dibuat, dan mereka akan segera melaksanakannya.

Malu kepada orang-orang telah mengalahkan rasa untuk menjagaku…. Malu pada orang-orang telah menutup mata mereka yang tidak menginginkan kehadiranku. Malu kepada orang-orang telah membuat mereka untuk mengambil keputusan singkat yang menyiksaku seperti ini.

Dua hari proses untuk membuangku, proses yang sangat sulit, karena mungkin ibu masih menginginkanku, begitu pun aku yang masih menginginkan berada dalam hangatnya rahim ibu. Ibu menderita karena dengan cara paksa ingin mengeluarkanku dari rahimnya.

Ibu…aku tidak mau…. Siapa yang dapat menolongku? Ibu…aku mohon…. Sakit ibu…aku mengerang saat alat itu mulai mencari dan menusukku. Ibu, aku tau kalau ibu juga mengalami kesakitan yang aku rasakan. Namun, ternyata jika ibu memang belum siap untuk menerimaku, maka aku akan keluar dari rahimmu, aku tidak ingin menyakitimu lagi….

Selamat tinggal ibu…. Terima kasih atas kasih sayang, keinginan, perlindungan, dan semua cinta yang telah ibu berikan dalam waktu yang singkat ini. Ibu, ingatlah, suatu hari nanti aku akan berjumpa dengan ibu, melepas rindu dan memberikan sejuta pertanyaan mengapa dirimu tidak tetap mempertahankan aku….



-the inspiration by true story of my best friend-

2 komentar:

NF mengatakan...

temanku juga pernah melakukan hal itu.. sedih banget disaat bersamaan banyak wanita menginginkan keturunan tapi disisi lain banyak juga wanita yang menolak, ah manusia sungguh engkau terlalu angkuh akan karunia Tuhan

Irda Handayani mengatakan...

@NF : iya mb... bener itu :(

Posting Komentar

ShareThis