Seringkali, perubahan fisik payudara yang terjadi mengarah pada kemiripan gejala munculnya kanker payudara dan banyak wanita tidak bisa membedakan apakah gejala yang terdapat pada payudaranya adalah karena adanya kanker payudara atau karena iritasi. Sedangkan mastitis sendiri adalah adanya kontak bakteri di lingkungan sekitar dengan puting susu.
Pada dasarnya, gejala dari mastitis adalah munculnya bejolan di payudara. Benjolan atau penebalan ini berwarna merah, terasa panas dan nyeri. Rasa nyeri yang timbul seperti rasa “nyut-nyut” di daerah payudara, apalagi bila benjolan ini berbentuk seperti bisul dan pecah, maka penampilannya menjadi semakin mengerikan yang masih disertai dengan rasa nyeri.
Benjolan yang ada pada mastitis bukan seperti kanker yang bentuknya keras, melainkan berupa penebalan yang berisi cairan. Radang biasanya menyerang salah satu payudara saja, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa menyebar hingga kedua payudara terinfeksi.
Pada beberapa kondisi, mastitis bisa menyebabkan keluarnya cairan dari daerah puting. Cairan ini berwarna putih kekuningan seperti nanah. Berbeda dengan kanker payudara, dimana cairan yang keluar dari puting biasanya berwarna merah atau kuning kecoklatan, seperti noda darah. Terkadang puting yang tertarik masuk ke dalam payudara juga sering dirasakan dan dialami oleh pengidap.
Dilihat dari penyebabnya, mastitis tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan, melainkan lebih kepada faktor hormonal dan infeksi. Berbeda dengan kanker payudara yang dipengaruhi oleh faktor hormonal dan faktor keturunan.
Pada mastitis yang disebabkan oleh infeksi kuman, terkadang berkembang menjadi suatu abses atau kumpulan nanah dalam rongga baru di jaringan kelenjar payudara. Nanah ini terbentuk dari kumpulan bakteri, jaringan dan leukosit, baik yang sudah mati maupun yang masih hidup. Bahaya dari nanah ini adalah menyebar ke bagian tubuh lainnya hingga menyebabkan rasa meriang atau demam tinggi dan menggigil, mengeluarkan banyak keringat, turunnya daya tahan tubuh, bahkan hingga menurunnya kesadaran.
Bila keadaannya sudah bernanah seperti itu, mau tidak mau harus mendapatkan penangan dokter secara seksama. Setelah dilakukan diagnose, dokter bisa menentukan langkah penyembuhan yang tepat, baik dengan pemberian antibiotik saja atau harus melakukan tindakan operasi.
Dan bila ditemukan gejala menetesnya caian dari puting, maka perlu dilakukan pemeriksaan yang disebut dengan duktografi. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan bahan kontras, dimana akan dilakukan foto di saluran payudara, dengan demikian dapat diketahui adanya sumbatan atau polip pada saluran tersebut. Dalam kasus mastitis periductal, terkadang dilakukan juga langkah biopsy bila disertai dengan massa tumor, minimal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya tumor atau kanker.
Sedangkan bila ternyata ditemukan benjolan tersebut yang diduga suatu abses, apalagi yang mengandung nanah, maka harus dilakukan operasi berupa insisi dan drainase, yaitu operasi penyayatan dan penyaluran nanah. Perlu diingat bahwa operasi pengeluaran nanah ini harus dilakukan pada waktu yang tepat, yaitu pada saat benjolan tersebut melunak atau matang agar mudah dikeluarkan.
Langkah operasi diawali dengan pembiusan pasien. Biasanya dilakukan bius lokal saja, tapi bila mastitis disebabkan oleh infeksi kuman, maka dilakukan bius umum pada pasien. Berikutnya, daerah payudara dibersihkan dengan cairan desinfektan khusus, baru kemudian dilakukan penyayatan pada daerah benjolan. Pada tahap ini dokter akan mencoba membersihkan radang tersebut secara mekanik debridement.
Kemudian dokter akan melakukan drainase, yaitu memberikan saluran khusus yang digunakan untuk mengalirkan nanah yang ada. Bila langkah ini selesai dilakukan, maka operasi yang memakan waktu sekitar setengah sampai satu jam akan ditutup dengan melakukan penjahitan luka secara situasional.
Bila radang masih termasuk tahap awal dan belum menimbulkan nanah, maka tidak perlu dilakukan tindakan operasi, cukup memberikan antibiotik saja. Pemberian antibiotik dilakukan sesuai dengan dosis berdasarkan berat atau ringannya infeksi dan berat badan si penderita. Perlu diingat, seorang ibu yang sedang menyusui dan dalam masa pengobatan, dianjurkan untuk tidak menyusui bayinya dulu.
Dari penjelasan di atas terdapat dua pembeda prinsipil yang dapat kita simpulkan, yaitu adanya rasa “nyut-nyut” dan benjolan yang lunak (tidak keras). Namun demikian, jika gejala tersebut terjadi, segera periksakan ke dokter agar cepat diketahui apa yang sesungguhnya terjadi pada payudara Anda.
Sumber : artikelpayudara.com
0 komentar:
Posting Komentar