25 Maret 2012

Siapa yang Lebih Layak Menerima Sedekah?


Saya tidak mengerti dengan pemikiran orang dengan gambaran kisah seperti di bawah ini. Saya masih merasakan gejolak batin yang aneh karena belum juga menemukan jawaban atau kalimat penjelasan yang bisa menenangkan ketidakmengertian saya. Kisah ini adalah nyata, sebuah kisah pendek dan sederhana yang sarat dengan makna, namun, saya membutuhkan pandangan dari Anda semua sebagai bahan pertimbangan untuk melihat sudut pandang orang lain terhadap kasus seperti ini.

Seorang cucu tinggal bersama nenek dan kakeknya. Mereka tinggal di rumah dan dengan kehidupan yang sederhana. Meski mereka tidak kekurangan dan berkecukupan, namun mereka selalu berusaha untuk menyisihkan sedikit rezeki dan menyedekahkannya kepada tetangga yang kurang mampu atau kepada anak yatim piatu.

Suatu ketika, si cucu sedang sakit dan ingin membeli obat. Pada saat itu uang si cucu tidak cukup untuk membayar obat yang telah dipesannya. Karena merasa tidak enak dengan si penjual, maka si cucu ini pun bersikeras harus membayarnya. Harga obat yang telah dipesannya sebesar Rp 15.000 sedangkan uang si cucu hanya tinggal Rp 10.000 saja, masih kurang Rp 5.000 lagi.

Sebenarnya si cucu ini tidak mau merepotkan kakek dan neneknya, sehingga dengan susah payah dia mencari ke sana ke mari, membongkar semua dompet dan lemari pakaiannya, namun, tidak satu lembar atau receh pun yang didapatkannya. Mengingat hari sudah mulai larut malam, akhirnya si cucu mengatakan keinginannya untuk meminjam uang kepada nenek. “Nek, saya pinjam uang Rp 5000, besok saya kembalikan”.

Entah mengapa nenek justru cemberut dan berkata, “Tadi bibi mu baru saja meminjam uang Rp 50.000, kalau belum dikembalikan nenek tidak bisa kasi pinjam”. Astagfirullah… terenyuh hati si cucu mendengar perkataan neneknya. Si cucu tidak memaksa, kalau pun tidak ada ya sudahlah, berarti obatnya tidak bisa ditebus hari ini. Si cucu bersabar, meski pada akhirnya dia menangis juga.

Keesokan harinya, ternyata si nenek memberikan uang sebesar Rp 50.000 kepada seorang anak yatim piatu. Nah, disinilah timbul berbagai pertanyaan dari si cucu. Apakah, memberikan sedekah kepada anak yatim lebih utama daripada memberikan sedekah kepada cucunya sendiri? Bukan siapa layak siapa yang tidak layak, hanya saja nominal uang yang dipinjam si cucu tadi malam hanya 1/10 dari nominal uang yang disedekahkan oleh nenek hari ini? Dan berbagai pertanyaan lainnya.

Bila menilik kejadian di atas, wajar saja bila si cucu memiliki berbagai pertanyaan dia merasa aneh dengan hal tersebut. Kalau saya memposisikan diri menjadi si cucu, mungkin saya akan mengatakan pertanyaan yang sama, Apakah memang harus mendahulukan kepentingan anak yatim daripada keluarga sendiri yang lebih membutuhkan? Terlepas dari itu semua, kita semua yakin bahwa Allah akan memberikan ganjaran pahalanya masing-masing. Tetapi, entah mengapa saya juga merasa bingung dan tidak habis pikir dengan kejadian ini. Entahlah….

Kalau Anda, bagaimana pendapat Anda? Apa komentar Anda? Apa penjelasan yang bisa Anda berikan terkait kejadian di atas? Bagaimana opini dari kacamata Anda sendiri?


250312

0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis