20 Oktober 2011

Info Tentang PMS


PMS, begitu wanita sering menyebutnya, Pre Menstrual Syndrome, adalah merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80-95% wanita dewasa mengalami gejala-gejala PMS yang dapat mengganggu aktifitasnya sehari-hari. Gejala tersebut diperkirakan dan biasanya terjadi secara regular pada 2 minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini akan hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya.

Gangguan kesehatan seperti pusing, depresi, perasaan senditif berlebihan, dianggap sebagai hal yang lumrah dan biasa terjadi pada wanita yang berusia produktif dan gangguan-gangguan kesehatan tersebut akan terus terjadi sekitar 2 minggu sebelum haid.

PMS merupakan kumpulan gejala perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai haid.

Penyebab munculnya sindrom ini masih belum jelas, beberapa teori menyebutkan karena faktor hormonal yaitu adanya ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Sementara teori yang lain menyatakan karena adanya hormone estrogen yang berlebihan.

Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonaldalam siklus haid. Ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya PMS, yaitu :
  1. Wanita yang pernah melahirkan, PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila wanita tersebut pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.
  2. Status perkawinan, wanita yang sudah menikah, lebih banyak mengalami PMS dibandingkan dengan wanita yang belum menikah.
  3. Usia, PMS semakin sering datang dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun.
  4. Stress, faktor stress dapat memperberat gangguan kesehatan akibat PMS.
  5. Diet, faktor kebiasaan makan seperti tingginya tingkat konsumsi gula, garam, kopi, teh, coklat, muniman bersoda, produk susu, makanan olahan, semua bahan makanan itu juga akan memperparah PMS.
  6. Kekurangan zat-zat gizi seperti kurangnya vitamin B (terutama vitamin B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan meminum minuman beralkohol.
  7. Kegiatan fisik, kurangnya berolahraga dan beraktifitas fisik.

Ada beberapa PMS menurut gejalanya, Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS membaginya menjadi :
·         Tipe A (Anxiety)
Ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi ekkurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita tipe ini sebaiknya banyak mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.

·         Tipe C (Craving)
Ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam junlah banyak, timbul gejala hipoglikemia, seperti kelelahan, jantung berdebar, kepala pusing bahkan kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stress, tingginya kadar garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6) atau kurangnya magnesium.

·         Tipe D (Depression)
Ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang mucul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.

PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stress, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Maningkatnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.

·         Tipe H (Hyperhydration)
Memiliki gejala edema (pembengkakakn), perut kembung, nyeri buha dada, pembengkakan tangan dan kaki, epningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS yang lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di ;uar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Untuk mencegah terjadinya gejala ini, penderita dianjurkan untuk mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.

Ada pula kram perut pada hari pertama atau satu hari menjelang datang bulan, banyak wanita yang mengeluh sakit perut atau tepatnya kram perut. Gangguan kram perut ini tidak termasuk PMS walaupun ada kalanya bersamaan dengan gejala PMS. Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering. Gangguan nyeri yang hebat atau dinamakan dismenorea, sangat mengganggu aktifitas wanita, bahkan sering kali mengharuskan penderita beristirahat bahkan meninggalkan penkerjaannya selama berjam-jam atau beberapa hari.

Dismenorea memang bukan merupakan PMS. Dismenorea primer umumnya tidak berhubungan dengan kelainan pada organ reproduksi wanita dan hanya terjadi sehari sebelum haid atau hari pertama haid. Nyeri perut ini juga tidak ada hubungannya dengan PMS yang mulai terasa 10-14 hari sebelum haid. Gejala akan hilang begitu haid datang. Jika dismenorea membaik atau bahkan menghilang sama sekali setelah seorang wanita melahirkan, maka tidak demikian dengan PMS, wanita yang pernah melahirkan akan beresiko lebih tinggi menderita PMS.

Pencegahan PMS dapat dilakukan melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Batasi konsumsi makanan yang mengandung kadar gula tinggi, kadar garam tinggi, daging merah (daging sapi dan kambing), alkohol, kopi, the, coklat, serta minuman bersoda.
  2. Kurangi rokok atau berhenti merokok sama sekali.
  3. Batasi konsumsi protein (sebaiknya 1,5 gr/kg berat badan per orang.
  4. Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan dan biji-bijian sebagai sumber protein.
  5. Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahanya (keju, es krim dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
  6. Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
  7. Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
  8. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari dan minyak sayuran.
  9. Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium, dan omega6 (asam linoleat gamma GLA)
Di samping diet, perhatikan juga hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS, yaitu :
  • Melakukan olahraga dan aktifitas fisik secara teratur
  • Menghindari dan menjaga stress
  • Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan resiko menderita PMS
  • Catat jadwal siklus haid Anda serta kenali gejala PMS-nya
  • Perhatikan pula apakah Anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang bulan beriktunya

** Dari berbagai sumber

201011

0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis