22 November 2011

Refleksi Permainan Bola Indonesia VS Malaysia


Ada sebuah anekdot, bahwa gambaran suatu bangsa dapat dilihat dari permainan para jagoannya di lapangan hijau. Menilik pertandingan bola antara Indonesia VS Malaysia yang dilaksanakan malam ini, dan baru saja selesai dengan hasil 4-3, kemenangan ada di pihak Malaysia.

Permainan para pemain sepak bola yang cenderung santai, selalu menunggu bola menghampiri tapi ternyata pada kenyataannya sebelum bola menyentuh kaki pemain Indonesia sudah di hadang dan di rebut oleh pemain Malaysia. Bangsa kita juga terkenal akan sikap santainya, bahkan terlalu santai untuk menghadapi berbagai masalah yang pelik, hingga sering kali di salip oleh bangsa lain yang lebih maju dan berkembang.

Ada penyakit yang masih diidap oleh para pemain bola Indonesia sampai saat ini yaitu “Bola dimana, kawan dimana, eh nendangnya kemana”. Kita yang punya kelebihan tapi ternyata salah menyalurkannya hingga Malaysia yang menerima untung kesalahan tindakan kita itu. Kita yang memiliki kebanggaan eh malah mereka yang senang-senang dan menerima bahkan merenggut kebanggaan kita.

Tidak bisa lama-lama menggenggam bola dengan erat hingga akhirnya sering sekali di curi atau bahkan memberikan kesempatan kepada pemain Malaysia untuk merebut bola yang ada di kaki para pemain Indonesia. Semua kekayaan nusantara ini adalah milik kita, meskipun kita mengakuinya bahwa itu adalah milik kita mutlak tapi tetap saja Malaysia bisa dengan mudahnya mencuri kekayaan nusantara itu. Kita tahu ada kesempatan bagi mereka untuk merebutnya dari tangan kita, tapi kita terlihat cuek, ketika di rebut, di curi dan di akui sebagai milik mereka baru kita repot-repot dan marah-marah mengakui bahwa kekayaan itu adalah hak milik kita.

Ada kesempatan, banyak kesempatan, namun lengah. Terlihat sekali banyak kesempatan yang didapatkan oleh para pemain Indonesia, namun terkesan “Udah deh, bola yang menggelinding itu pasti aku dapatkan”, sepele itulah yang disebut sebagai lengah. Memang benar, bahwa takdir itu telah di tentukan oleh Allah SWT, namun ingat bahwa Allah juga tidak akan merubah nasib suatu kaum bila kaum itu sendiri tidak merubahnya. So, mengapa harus menunggu kalau kita ternyata bisa mengalahkan Malaysia? Masih banyak SDM kita yang membanggakan dan memberi kesempatan emas untuk mengharumkan bangsa ini, namun kita lengah dan sepele dengan pencapaian mereka hingga terlihat kita tidak memiliki anak bangsa yang patut untuk dibanggakan, meskipun sudah bertebaran dimana-mana para anak bangsa yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

Terlalu banyak main dan tidak serius mengolah bola emas yang ada di tangan. Maksud hati ingin mengecoh dengan gerakan-gerakan indah ala kaki Zidane, tapi apa daya gerakan indah itu hanya pantas diperagakan di depan kamera saja, karena ketika di bawa ke lapangan hijau sering kali malah membawa petaka, memberi umpan enak untuk ikan yang tak kena kait pancing, umpannya dimakan eh ikannya lari. Indonesia memiliki beragam potensi sumber daya alam yang tidak akan habis hingga ke generasi berapapun, namun karena tidak serius mengolahnya maka keindahan-keindahan panorama alam itu dimiliki dan dinikmati oleh bangsa lain. Sumber daya alam kita habis, retribusi dari pengolah asing pun tidak memadai, dan kita hanya bisa gigit jari.

Dari berbagai pola permainan di atas, terlihat ada satu ritual unik yang dijalani oleh salah satu pemain bola Indonesia, yaitu Bonai. Setiap kali ada tendangan bebas atau pinalti ke gawang Malaysia, maka dengan segera dia menyentuh net atau jaring dari gawang mereka. Unik tapi mungkin itulah caranya untuk mencoba menyentuh dewi fortuna hingga dewi fortuna bergeser dan memberikan tempatnya untuk gol-gol indah dari tendangan kaki pemain Indonesia. Meskipun mungkin hanya mitos atau ritual pribadi semata, namun aktifitas ini dapat membuat rasa percaya dirinya semakin tinggi, dan selalu terlihat ketika kamera menyorot gawang Malaysia itu, ada Bonai di sana yang menggenggam erat jaring Malaysia. Ada rasa percaya diri yang terdongkrak ketika kita setuju terhadap mitos-mitos unik dalam menjalani suatu permasalahan. Mungkin cara ini memang tidak banyak membantu, namun cukup untuk menyelamatkan beberapa pemain bola dari krisis percaya diri.


Apapun itu, tidak etis rasanya bila kita masih mencemooh dan terlalu larut dalam kecewa hanya karena permainan bola seperti ini. Sudah sepatutnya kita berbangga hati menyambut kegigihan dan kerja keras para ksatria muda di lapangan hijau untuk berusaha membungkam mulut harimau Malaya itu. Bercermin dan selalu intropeksi diri, bahwa masih banyak yang harus kita perbaiki untuk menjadi sebuah bangsa yang mumpuni, membanggakan dan mendewasakan.

Bagiku, Indonesia tetap juara nomor 1 ^^
Selamat malam dalam rangkaian senyum kemenangan milik kita


211111

2 komentar:

Nurmayanti Zain mengatakan...

iyaa... Indonesia tetap no. 1

Irda Handayani mengatakan...

@mb Nurmayanti :
Setuju... :)

Posting Komentar

ShareThis