Sebagian orang berpendapat bahwa efek samping dari kemoterapi lebih besar bila dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan oleh si pasien. Bahkan peluang untuk kesembuhan dari penyakit kanker dengan sendirinya diyakini justru lebih tinggi bila dibandingkan tanpa adanya kemoterapi. Benarkah demikian?
Berbagai tulisan tentang hal itu beredar di situs-situs maupun di forum-forum internet. Sebagian besar mengatakan bahwa tingkat kesembuhan kanker yang diobati dengan kemoterapi hanya sekitar 3%, sedangkan sisanya 97% berakhir dengan kegagalan.
Perbandingan ini memunculkan dugaan bahwa keberhasilan kemoterapi tidak hanya rendah, tetapi sekaligus juga menurunkan peluang bagi tubuh untuk memerangi sel kanker itu sendiri. Faktanya, obat kemoterapi memang menurunkan sistem kekebalan tubuh.
Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia, Dr Drajat Ryanto Suardi, SpB(K)Onk membenarkan bahwa efek samping obat kemoterapi bisa menurunkan daya tahan tubuh. Namun jika dikatakan bahwa peluang keberhasilan kemoterapi hanya 3%, dengan tegas ia membantah.
“Bila saya katakan, data itu tidak benar. Ada banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas dan tingkat kesembuhan kemoterapi dan sejauh ini tidak ada data ilmiah yang mengatakan demikian”, tegas Dr Drajat.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kemoterapi menurut Dr Drajat adalah jenis sel kanker dan sensitivitasnya terhadap obat. Limfoma malignant (kanker getah bening) dan kanker payudara misalnya, jika diambil angka secara kasar, rata-rata tingkat keberhasilan kemoterapinya bisa mencapai 50%.
Faktor berikutnya adalah grade atau tingkat keganasan kanker (sifat kanker) yang terdiri dari 3 grade, makin rendah grade kankernya maka tingkat keberhasilan kemoterapi semakin tinggi. Kedua faktor tersebut, grade dan jenis kanker, ditentukan berdasarkan hasil biopsi atau pemeriksaan sampel jaringan.
Selain itu, stage atau stadium kanker yang terdiri dari 4 stadium juga mempengaruhi keberhasilan kemoterapi. Sebagai contoh, untuk pasien kanker payudara stadium 1, memiliki tingkat keberhasilan antara 80-85%, sehingga pemeriksaan dini akan sangat menentukan peluang kesembuhan.
Tak kalah pentingnya, kebulatan tekad pasien dalam menjalani kemoterapi juga sangat menentukan tingkat keberhasilan. Menurut Dr Drajat, jika pasien memiliki tekad yang kuat untuk sembuh maka tanpa disadari tubuhnya akan membantu melakukan perlawanan terhadap sel kanker yang ada di tubuhnya.
Terkait pendapat bahwa peluang kesembuhan kanker bisa lebih tinggi jika dibiarkan untuk tidak diobati, Dr Drajat kurang sependapat. Bahkan ketika pasien memutuskan untuk menjalani pengobatan alternatif, pengobatan secara medis baik berupa kemoterapi, operasi maupun radioterapi, tetap tidak boleh ditinggalkan.
“Pada dasarnya tidak ada larangan untuk melakukan pengobatan alternatif. Kapan saja Anda mau melakukannya, boleh-boleh saja, yang penting medisnya jangan ditinggalkan karena kalau hanya mengandalkan tindakan alternatif itu kan belum ada bukti ilmiahnya” pesan Dr Drajat.
Sumber : detik-helath.com
0 komentar:
Posting Komentar