Kegamangan berasal dari banyaknya rentetan masalah atau
kejadian dalam hidup yang berlangsung seketika, bahkan tanpa jeda. Ketika apa
yang ada di benak menyeruak keluar membangkitkan ragam pertanyaan dan mulai
mengusik perasaan, maka jalan keluarnya
hanyalah bertanya dan mencoba untuk memastikan jawabannya sendiri.
Namun, sebelum bertanya, serahkan dulu semua pertanyaan
itu kepada waktu yang bergulir, karena terkadang waktu dapat menyelamatkan
kekacauan dari keterburu-buruannya, caranya adalah dengan menunggu dan
menyembunyikan pertanyaan itu sendiri. Bila saatnya telah dirasa tepat, tanpa
perlu bimbang keluarkan saja semuanya.
Suatu bentuk amarah dari ketidak-sinkron-isasi keadaan,
jengah, kesal, marah, kecewa dan rasa lainnya. Waktulah yang mengeluarkannya di
dalam zona tunggu. Sejenak rasa lega pun menyambut pudarnya aura amarah dari dalam
jiwa dan tersadar bahwa apa yang dirasakan adalah sama.
Apa yang dipikirkan dan apa yang akan diajukan merupakan
kualitas pikiran, tanpa perlu diusik, tanpa perlu dipaksa, tanpa perlu
dipersalahkan. Karena, meskipun vonis bersalah itu akan selalu melekat, apa
yang namanya cinta tetap akan tersemat sebagai pertimbangan atas murni atau tidaknya
suatu hubungan.
Semua sudah memberitahukan apa yang dirasa, apa yang
dilihat, apa yang dipertanyakan kebenarannya. Benar, itu sudah pasti benar
adanya, hanya waktu saja yang masih menutupi kemunafikkannya. Suatu saat, apa
yang dipertanyakan akan segera terkuak, diperlihatkan dalam suasana yang
berbeda, hingga diajukan dalam persidangan sosial.
Apa yang kemudian tersembunyikan selama ini, satu per
satu akan terurai, benang merah yang membentuk simpul rahasia akan segera
diluruskan kembali hingga siapa saja yang tidak tahu akan menjadi tahu, hingga
siapa saja yang menerka akan segera mendapatkan jawabannya, hingga semua yang
berpendapat akan segera bercerita dalam versi yang sama, hingga secuil cerita
akan dimasak dan menjadi masakan yang penuh dengan aneka bumbu.
Ini tentang apa? Tentang cerita sebuah hubungan cinta.
Siapa yang terlibat dalam percintaan ini? Kita.
Mengapa harus ada vonis? Karena vonis selalu datang dari
banyak pendapat, banyak cerita, banyak terkaan, dan banyak kemunafikan.
Apakah harus ada kemunafikan dalam cerita ini? Harus,
ketika IYA diakui sebagai TIDAK.
Selanjutnya apa? Bersabar dan terus bersabar…
**Frosa singkat di
awal bulan Juli 2012
0 komentar:
Posting Komentar