From Google |
Pernahkah Anda berada di masa saat air mata tak lagi bisa menetes meskipun pada saat itu Anda benar-benar merasakan sakit dan sedih setengah mati? Pernahkah Anda merasakan kebingungan sendiri saat ternyata air mata yang diharapkan itu tidak jatuh sebagaimana yang diharapkan? Permasalahan intinya sebenarnya bukan pada si air mata, namun lebih kepada pelampiasan emosi jiwa saat berada di situasi dan kondisi yang sangat tidak nyaman.
Saya pernah merasakannya, saya pernah mengalaminya, dan saya sudah pernah melewatinya. Pahit memang, sakit memang, tidak nyaman memang, di saat diri hanya bisa meratap sendiri dan tiada yang dapat menghibur bahkan sejuntai air mata pun tak mau turun.
Hingga akhirnya saya seperti orang stess karena tidak bisa mengeluarkan air mata lagi, karena tidak bisa menangis lagi untuk meluapkan semua yang ada di hati. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk berubah haluan, dari menangis menjadi tertawa. Berusaha merubah energi negatif yang berlebih menjadi energi positif.
From Google |
Tindakan itu saya ambil karena terinspirasi dari film animasi Monster Inc. Mungkin Anda ada yang mengetahui film ini dan mungkin juga ada yang tidak mengetahui tentang film ini. Inti dari film sederhana ini adalah berubahnya haluan pabrik penghasil energi milik kota monster, dari yang bersumber kepada jerit dan tangis anak-anak karena rasa ketakutan menjadi tawa dan canda bahagia dari para anak-anak yang dihibur oleh lelucon para monster.
From Google |
Kembali saya mengajak Anda untuk berbicara filosofi sederhana dari sumber ilmu yang kita dapatkan dari mana saja. Film ini mengajarkan bahwa, masalah-masalah yang kita hadapi selama hidup merupakan refleksi dari ketakukan para bocah itu. Kita menjerit ketakutan dan segera menangis mencari perlindungan dari orang-orang terdekat saat bermunculan masalah berat yang membuat hidup seakan sangat suram. Monster kehidupan terlihat dari banyaknya jenis, rupa dan bentuk yang berbeda-beda, begitu juga dengan cara mengatasinya.
Energi negatif yang dihasilkan dari ketakukan akan monster kehidupan itu harus kita rubah menjadi energi positif dalam bentuk tawa dan canda. Ya, tidak harus menampilkan tawa yang terlihat sangat stress, jadinya nanti bukannya mengobati jiwa, malah akan memperburuk kondisi jiwa kita sendiri. Berusahalah melihat segala masalah dari sudut pandang yang berbeda, berusahalah membuat joke-joke yang bisa membuat kita tertawa. Minimal dari hadirnya joke itu perasaan kita menjadi lebih ringan. Jika pikiran dan perasaan telah ringan, ya tinggal ambil langkah selanjutnya untuk mencari solusi dan menyelesaikan permasalahan itu satu per satu.
From Google |
Bukan maksud saya untuk menggurui, saya hanya berusaha membagi apa yang telah saya dapatkan dari ke-esensi-an hidup saya yang sebentar dan sementara ini. Entah mengapa rasanya begitu tenang dan nyaman saat saya membawa masalah itu menjadi bentuk tawa, menertawakan diri sendiri, menertawakan kejadian konyol yang membuat saya berada di dalam ruang masalah dan bencana. Hal ini terjadi tanpa sadar, karena keburu kesel sendiri sudah tidak bisa menangisi masalah (kapan ya masalah akan bisa selesai jika terus ditangisi?), hingga akhirnya saya menetapkan untuk meneruskan hal sederhana ini.
Saya praktekkan ke diri saya sendiri, mencoba membuat diri saya sebagai kelinci percobaan dari praktikum filosofi sederhana ini. Dan Alhamdulillah, efeknya luar biasa! Saya mulai terbiasa tersenyum saat menghadapi masalah, mengurangi tingkat kemanyunan dan keriputan di wajah saya. Tersenyum menghasilkan energi positif yang tidak hanya berdampak bagi diri sendiri, namun juga berdampak bagi orang lain.
Semua yang terjadi di hidup kita, baik itu yang kita anggap bukanlah hal besar yang patut diambil hikmahnya, ternyata justru menyimpan filosofi sederhana, penting dan sangat bermanfaat bagi kita dan orang lain. Jangan pernah memandang remeh hal yang kecil, karena hal yang besar berasal dari hal-hal kecil itu juga.
Sekian curahan hati dan opini saya, selamat bersenggang menyambut waktu berbuka puasa ^___^
Bandung - 130811
0 komentar:
Posting Komentar