27 Agustus 2011

Mudik Panjang Pulau Jawa-Pulau Sumatera Demi Meraih Sungkem dan Lontong Medan

Bulan Ramadhan tahun ini pernuh berkah, penuh cerita, penuh cobaan, penuh hikmah, penuh perjalanan, penuh konflik, penuh ketegangan, penuh pelajaran, dan berbagai hal menarik lainnya. Bulan Ramadhan yang di awali dengan puasa pertama di kampung orang, kota kembang. Sedih memang, ketika kesendirian menemani diri saat bersantap sahur, menu seadanya dengan bayang-bayang keluarga. Apa mau dikata, bukan masalah besar hanya karena sendiri saat sahur dan berbuka puasa tanpa ada yang menemani di rantauan. Bukan masalah besar, yang penting niat tulusnya sudah cukup membantu diri agar tidak terlalu larut dalam kesedihan yang berkepanjangan.

From Google
Life must go on…. Puasa kali ini sangat membawa berkah dan ilmu diri untuk lebih mawas dan mengendalikan diri. Berbagai cobaan benar-benar mampu menempa kesabaran menjadi sedemikian rupa. Tak ayal, tegar menjadi benteng yang sangat ampuh ketika menangis tak urung mengobati hati dan pikiran. Life must go on…. Semuanya harus berjalan sebagaimana dan seharusnya, tak perlu menghentikan waktu hanya untuk masalah pribadi, tetapi berusaha untuk tidak merusak sistem yang ada dengan segenap semangat yang ada.

Singkat cerita, satu persatu masalah selesai dengan solusi yang sesuai bagi semua orang. Mudik pun dipercepat. Kenangan di kota kembang membuatku ingin kembali merajut kenangan indah lainnya di kota ini, merasakan ketenangan dan kebebasan untuk berkehendak dengan segenap mimpi yang ada. Pertengahan puasa, aku harus memulai perjalanan mudik, pulang ke rumah, pulang ke kediaman keluarga.

Ada kesan unik ketika akan memulai mudik panjang ini. Rasa sedih dan bahagia bercampur aduk. Saat telah mengalami berbuka puasa dalam durasi 3 hari di 4 kota. Ya, aku merasakan kebersamaan yang teramat sangat ketika berbuka puasa untuk hari terakhir di kota kembang ini. Ditemani oleh teman-teman yang selalu ramai dengan celotehan cerita mereka, ditemani dengan sudut lampu keemasan yang selalu menemani saat malam datang, ditemani dinginnya semilir angin yang selalu menyapa, ditemani iringan musik para pujangga yang mengalun merdu dan meninggalkan kenangan indah. Semuanya terangkum dalam kebersamaan buka puasa terakhir sebelum keesokan harinya memulai perjalanan.

From Google
Masih sempat sahur di kota ini karena travel jemputan akan membawaku ke kota hujan menjelang siang nanti. Karena berbagai kesibukan teman-teman, akhirnya aku pergi sendiri, tiada yang mengantar, mungkin mereka memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Tak apalah, pikirku, datang sendiri jadi pulang pun sendiri. Aku dibawa menuju kota hujan, menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke tempat saudara.

Tibalah di kota hujan, berisitrahat sejenak dan tak lama kemudian berbuka puasa di kota ini, kota kedua untuk berbuka puasa dalam perjalanan mudik yang panjang ini. Berkumpul bersama keluarga jauh yang jarang dikunjungi membuat suasana menjadi ramai dengan celotehan cerita sana-sini, cerita tentang pengalaman maupun tentang keadaan keluarga nun jauh di sana. Bernostalgia dan saling bertukar cenderamata.

From Google
Tiket keberangkatan menuju pulau sumatera telah di tangan. Sahur pun masih sempat dilakukan di kota hujan ini. Meskipun hanya sebentar saja, tapi aku ingin kembali lagi berkeliling di kota kecil ini, mengunjungi tempat-tempat yang menarik, seperti istana Bogor dan istana Batu Tulis nya. Aku pasti kembali untuk mengunjunginya, yakin.

Pagi hari, matahari tampak cerah. Aku berbegas menuju terminal keberangkatan bus yang akan mengantarkanku ke pusat ibu kota, Jakarta. Dalam sekejap, aku sampai di kota ke-3 dalam kurun waktu 3 hari keberangkatan mudik ini. Segera bersibuk ria dengan semua prosedur penerbangan dan tentu saja sangat bersibuk ria karena barang bawaan telah bertambah dengan berbagai macam oleh-oleh dari kedua kota sebelumnya. Dalam keluargaku, kami memiliki istilah penyebutan unik tersendiri tentang bertambahnya koper atau barang bawaan, kami menyebutnya dengan istilah “kopernya pada beranak semua ya??!”. Hahaha… bagaimana tidak kerepotan, memang koperku seperti telah melahirkan beberapa anak yang gemuk-gemuk dan sehat-sehat.

From Google
Akhirnya selesai juga semuanya, tinggal duduk manis menunggu pengumuman keberangkatan pesawat yang akan membawaku ke kota sanjay. Matahari telah lewat dari jalur tengahnya, pengumuman pun telah di sebarkan, para penumpang berdesakan menuju pintu pesawat yang akan membawa kami menyebrangi pulau, dari pulau Jawa menuju pulau Sumatera. Mau tidak mau, ingin tidak ingin, aku akan melangkahkan kakiku menuju kota yang berbeda lagi, meninggalkan kenangan buruk dan membawa kenangan baik tentang semua hal yang telah kudapatkan di kota-kota sebelumnya.

Sore, aku telah sampai di peraduan keluarga, beristirahat menunggu waktu berbuka. Terasa lama, karena saat sahur mengikuti jadwal di pulau Jawa dan ternyata saat berbuka harus mengikuti jadwal di pulau Sumatera, serasa langsung ingin berbuka saat melihat azan magrib untuk wilayah Jabodetabek yang sedang ditayangkan di tv, hahaha. Lengkaplah sudah, keunikan puasa 3 hari di 4 kota yang baru ku jalani, benar-benar pengalaman yang sangat berharga.

Hari ini, kami sekeluarga sedang mempersiapkan barang-barang untuk mudik ke kota Deli. Melanjutkan berbagai perjalanan mudik ku. Mungkin berbagai perjalanan mudik ini telah diturun wariskan kepadaku, karena sejak dulu saat aku masih kecil pun, orang tuaku sudah melakukan perjalanan mudik dari berbagai kota. Warisan kepada seorang anak yang notabene orang tuanya nomaden merantau mencari sesuap nasi dan tiga piring berlian, hahahaha.

From Google
Deg-deg-an menunggu besok pagi, saat sahur masih di kota sanjay dan berbuka puasa di kota manakah? Hingga sahur lagi dan akankah dapat mengejar berbuka puasa di kota Deli? Belum tahu, karena perjalanan yang sebenarnya akan dilaksanakan besok pagi, ketika ayam belum berkokok menunjukkan sinar matahari cerah. Demi menuju tempat berkumpulnya keluarga dari berbagai kota, demi menuju tempat berkumpulnya handai taulan yang beragam, demi menuju tempat dimana lontong dan ketupat sayur buatan nenek yang lezat dan menggugah selera, demi menuju tempat saling sungkemnya semua anggota keluarga, demi menuju tempat saling berbagi kebahagiaan, demi menuju tempat bertukar ceritanya para keluarga, demi menyambut hari raya Idul Fitri, demi merayakan hari Lebaran.

Selamat bermudik ria ^___^


Padang - 270811

0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis