Saat itu kami sekeluarga sedang menonton acara di salah satu stasiun televisi yang menayangkan tentang kejadian unik dan aneh di seluruh dunia. Salah satu tema yang diangkat adalah tentang beberapa hewan bertubuh kecil dan imut yang mengonsumsi darah sebagai sumber makanannya.
From Google |
Salah satu hewan yang disebutkan dan ditampilkan adalah ikan candiru. Nah, dengan seketika saya berceloteh dan memberikan informasi tentang ikan itu. Anggota keluarga yang lain menanggapi biasa saja, berbeda dengan komentar ibu saya yang berkata seperti ini “Memangnya kamu tahu apa itu ikan candiru?” “Iya bu, saya pernah membaca dan menonton domukentasi tentang ikan ini” jawab saya dan kembali meneruskan penjelasan “Ikan candiru hanya ada di sungai Amazon” dan dengan seketika, narator acara tersebut menyebutkan asal daerahnya ikan candiru, yaitu sungai Amazon.
Kemudian saya melanjutkan “Ikan itu berwarna transparan dan termasuk ikan yang paling ditakuti penduduk, bahkan penduduk lebih takut dengan ikan candiru daripada ikan piranha”. “Ah, sok tau kamu” sambung yang lain. Narator kembali memberikan penjelasan tentang ikan candiru yang memang sesuai dengan informasi yang telah saya sampaikan sebelumnya. Dan mereka semua hanya bisa diam.
Mungkin saya memang berlagak sok tau atau merasa senang karena sudah mengetahuinya lebih dahulu dibanding mereka atau apakah karena saya merasa sok powerfull karena telah menjadi pemenang dalam ajang debat kusir yang tidak penting itu. Namun, intinya bukanlah hanya tentang individualis semata, namun lebih kepada pembuktian nyata bahwa dunia maya itu kaya akan informasi yang berguna dengan perputaran informasinya yang begitu cepat.
Meskipun pada akhirnya ibu ikut juga mendengarkan penjelasan saya tentang berita terkini atau bertanya dan mencari tahu ada gossip apa yang sedang seru dibicarakan di infotainment. Hingga ibu semakin sering memperhatikan saya yang betah berjam-jam di depan laptop. Ibu sering melihat saya menulis di Kompasiana ini, melihat lapak tulisan saya dan membacanya sedikit, berkomentar yang aneh dan lucu, hahaha. Hingga kemudian beliau sering berpesan agar saya lebih berhati-hati dalam menulis. Karena zaman sekarang ini, semuanya bisa dipermasalahkan. Ibu mengambil contoh seperti kasus Prita kemarin, sehingga saya diwajibkan untuk mempergunakan kebebasan menulis secara bertanggungjawab, dan Alhamdulillah saya menyanggupinya.
Bahkan berita di televisi yang menayangkan tentang penganiayaan seorang siswi karena tidak memakai seragam pun telah saya ketahui dan saya baca di media internet sebelum berita itu terjun ke dalam berita televisi. Jadilah saya sebagai sumber informasi di rumah selain dari televisi yang menyala menayangkan berita teraktual. Sungguh lalu lintas informasi yang sangat cepat ya? Begitulah, tinggal bagaimana kita menyikapinya menjadi informasi yang lebih berguna dan bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Padang - 170911
0 komentar:
Posting Komentar