8 September 2011

Pernikahan Unik JaBat (Jawa-Batak)

Kisah perjalanan mudik yang seru kemarin sudah di cetak menjadi sebuah tulisan epik nan seru. Sekarang berlanjut ke kisah perjalanan saya yang sangat seru nan heboh ke pelosok daerah di Sumatera Utara.

Perjalanan ini dilaksanakan dalam rangka menghadiri undangan resepsi pernikahan sepupu angkat yang berlokasi di daerah Sei Piring, Asahan, Sumatera Utara. Dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 September 2011. Kami sekeluarga berangkat dari Medan pukul 03.30 WIB dan berhenti sejenak untuk sholat subuh dan sarapan lontong Medan yang eunak tenan di Lima Puluh (saya tidak tahu mengapa daerah ini dinamakan begitu, tapi saya jadi tergerak untuk membuat tulisan tentang nama daerah yang unik ini, hehehe).

Perjalanan yang lancar membuat kami cepat sampai di Asahan, tapi untuk alamat tujuan yang jelasnya  kami tidak tahu, jadi kami akan dijemput oleh saudara yang telah menunggu di simpang jalan. Namun, alangkah kurang beruntungnya kami, karena yang menjemput ternyata belum stand by di tempat yang telah ditentukan hingga akhirnya kami terlewat jauh menuju Aek Kanopan. Mau tidak mau kami harus memutar arah kembali ke tempat pertemuan, di dekat simpang pabrik sawit.

Waktu luang pun kami pergunakan dengan semaksimal mungkin, mampir di sebuah masjid untuk mandi dan berganti pakaian. Secara kami berangkatnya pagi-pagi buta, tidak mungkin langsung berpakaian resmi untuk undangan, wah bisa repot di jalan, plus make up juga bakalan luntur kan? Hahaha…. Segarnya tubuh yang telah mandi dan berganti pakaian plus berdandan sederhana membuat kami kembali bersemangat untuk menuju tempat resepsi pernikahan itu.

Akhirnya kami bertemu juga dengan saudara yang menjemput dan akan menunjukkan jalan ke tempat lokasi resepsi. Tanya bertanya, lokasi pesta berkisar setengah jam dari jalan utama. Tapi ternyata saudara-saudara… alamak… perjalanannya mencapai 1 jam lagi! Dengan kondisi jalan yang rusak parah, mungkin karena seringnya truk pengangkut sawit yang keluar masuk daerah situ.

Alhamdulillah, akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan tepat pukul 09.30 WIB, hmmm lamanya perjalanan untuk menghadiri undangan ini sekitar 6 jam! Waduh, benar-benar pengorbanan yang sangat hebat untuk sebuah silaturahim J

Seperti biasanya, adat ketimuran mulai menyelimuti suasana resepsi pesta pernikahan itu. Dari penyambutan tamu (khususnya tamu yang memang datang dari luar kota), perjamuan tamu, hingga ramah tamah dan basa basi antar keluarga. Yang menikah adalah pertemuan dari 2 suku yang berbeda, mempelai wanita berasal dari Jambi (melayu) sedangkan mempelai pria berasal dari Asahan dengan marga Marpaung (batak). Resepsi itu menggunakan adat Melayu, Batak dan Jawa.
Kedua Mempelai
Pembawa acara membacakan alur acaranya yang dimulai dengan Marhaban.Nah, hal unik mulai terjadi saat resepsi adat akan dimulai. Pengantin mengenakan pakaian adat Melayu dan membawa nampan yang berisi bunga dan irisan daun pandan sebagai salah satu acara adat yang disebut sebagai Tepung Tawar, semua keluarga wajib menyiram kedua mempelai dengan taburan bunga itu. Dilanjutkan dengan bersandingnya mempelai di pelaminan dan Tepung Tawar pun dilanjutkan dengan beberapa tambahan bahan, seperti air, bedak putih, bedak kuning, dan lain-lain.

Tepung Tawar
Setelah adat Melayu Tepung Tawar itu selesai dilaksanakan, maka berlanjut ke acara hiburan yaitu musik tradisional Batak. Pembawa acara hiburan dan kelompok musiknya pun memulai hiburan dengan menyuguhkan alunan arrasemen Batak yang mengagumkan. Nah, karena mempelai pria adalah keturunan Batak dan bermarga Marpaung, maka ketua musik itu meminta kepada kedua mempelai untuk melakukan tarian Tor-Tor sebagai penghormatan dan penghargaan kepada para keluarga. Alhasil, mempelai pria dan semua keluarga pada kebingungan semua, seakan mereka tidak mengetahui adanya adat tarian Tor-Tor itu, dan ketua musik pun sempat di cuekin. Hampir saja terjadi kesalahpahaman antara ketua musik Batak itu dengan keluarga pengantin, tapi akhirnya bisa diselesaikan atas bantuan pembawa acara resepsi.

Selidik punya selidik, ternyata, di perkampungan itu sebagian besar adalah keturunan Jawa yang merupakan bagian dari program transmigrasi. Marga Batak memang tetap dipertahankan kepada anak laki-laki tapi sepertinya adat Batak mulai dilupakan (atau mungkin karena kurang dilestarikan) hingga akhirnya adat Jawa yang lebih kental mendominasi perkampungan itu. Mulai dari bahasa, adat istiadat, hingga kebiasaan. Kalau kata teman saya istilahnya adalah “JaBat = Jawa-Batak”. Jadi, saya merasa aneh dan langsung tersenyum karena kejadian unik tersebut.

Marganya Marpaung tapi bahasanya Jawa. Adat pernikahannya Melayu tapi live music nya Batak. Saat disuruh menarikan Tor-Tor kebingungan semua…. Hahaha… benar-benar unik, tidak sia-sia kami datang jauh-jauh ke sini. Akhirnya, pembawa acara memulai menarikan Tor-Tor tersebut yang langsung diikuti oleh kedua mempelai, hingga akhirnya seluruh keluarga ikut menarikan Tor-Tor.
Kedua Mempelai Didampingi Ortu Sedang
Menarikan Tarian Tor-Tor
Lanjut ke lagu Biring-Biring… Hayo, siapa warga Batak yang tidak tahu lagu terkenal ini? Meskipun saya bukan bersuku Batak, tapi saya hampir hapal lagu riang ini, hehehe…. Saweran pun mulai berdatangan ke jemari tangan kedua mempelai pengantin.
Kelompok Musik Batak
Ingin rasanya berlama-lama di acara resepsi pernikahan itu, kalau saja jarak yang tidak terlalu jauh maka dengan senang hati saya akan stand by terus di sana untuk melihat keunikan apa lagi yang terdapat di acara tersebut. Namun, akhirnya kami harus pulang ke Medan. Datang di jemput, pulang tak diantar (bukan jelangkung ya), hal inilah yang membuat kami kesasar lumayan jauh, yang seharusnya menuju kota Medan malah menuju Sigura-Gura, waduh…!

Putar balik arah lagi deeehhh…. Perjalanan dilanjutkan kembali, masih dengan kondisi jalan yang rusak parah plus bertebarannya lembu di mana-mana, hahaha…. Perjalanan tetap dilanjutkan hingga sampai di kota Medan tepat pukul 23.00 WIB. Benar-benar perjalanan yang menyenangkan dan sangat menghibur, walaupun sangat melelahkan tapi Alhamdulillah ada saja hikmah di baliknya.

Demikianlah cerita singkat kisah saya dan keluarga saat menghadiri undangan resepsi pernikahan yang unik. Jika ada pengalaman yang unik lainnya, tentu saja akan segera saya postingkan ^___^

Bonus video Tarian Tor-Tor



Medan - 080911

0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis