From Google |
Dari dulu, sejak saya kecil, hingga sekarang saya sangat membenci satu buah benda yang bernama rokok. Kalau ada orang yang bertanya, “Apa yang sangat saya benci di dunia ini?” maka dengan tegas dan pasti saya akan menjawab “ROKOK!!!” I really really really hate that! Hate cigarette!!!
Saya tidak membenci perokok aktifnya, tapi kebencian mendalam saya itu lebih kepada bendanya, ya si rokok itu tadi. Walau bagaimanapun, saya juga termasuk perokok, seorang perokok pasif. Saya pernah membaca sebuah penelitian yang mengemukakan bahwa efek yang ditimbulkan dari rokok sangat beragam dan mengerikan. Dan Anda tahu apa lagi hasil dari para peneliti itu yang mencengangkan? Bahwa, perokok pasif itu lebih berbahaya daripada perokok aktif. Bahwa, perokok pasif memiliki tingkat penyakit yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perokok aktif. What’s???!!!
From Google |
Itu sebabnya, saya semakin membenci rokok, apalagi asap dan abu nya yang terbang dengan sesuka hati kemana dia suka, hinggap di hidung dan meninggalkan bekas di benda-benda bawaan. Wah, apalagi saat menaiki kendaraan umum, naik dalam keadaan fresh dan wangi, eeeh… turun dalam keadaan sebel dan bau rokok, ilfeel berat! (Sebagian dari Anda pasti akan mengatakan “ya kalau tidak mau bertemu dengan rokok ya jangan naik angkot”, hahaha…)
Sampai suatu ketika, saat bulan Ramadhan kemarin, saya sempat mencaci maki rokok di status jejaring sosial saya. Dan, mungkin pahala puasa saya hilang karenanya, hahaha…. Hanya karena satu benda yang sangat menyebalkan itu, rokok! Lagi-lagi rokok.
Secara refleks, saya akan segera menjauh dari orang yang sedang merokok, kecuali jika keadaannya tidak memungkinkan seperti berada di dalam angkot, maka jurus sapu tangan atau tisu untuk menutup hidung adalah pilihan terakhir bila tidak dapat berkutik lagi terhadap serangan asap dan abunya.
Saya rasa cukup untuk membicarakan tentang si rokok deuh…. Baiklah, saya akan membahas tentang hal lain yang baru saya benci lagi. Hal ini baru saya alami beberapa bulan lalu, awalnya saya hanya sakit hati, tapi ternyata saya mengalami hal yg sama untuk kedua kalinya, jadi semakin bertambah rasa kebencian saya.
From Google |
Mungkin sebagian orang menganggap kalau hal ini adalah hal sepele, tapi entah mengapa saya sangat sakit hati akan hal ini, ditinggalkan teman-teman pada saat keadaan saya sedang terpuruk, dilupakan…. Terasa sangat menyakitkan berada di kesendirian saat kesempitan melanda. Seakan mereka seperti lebah yang hanya datang pada saat bunga mekar dan segera pergi saat telah layu dan tak berharga lagi. Atau mungkin memang seperti habis manis sepah dibuang….
Terasa sangat menyakitkan, ketika berada di dalam ruang yang tidak mengetahui apapun perkembangan mereka, tidak menerima info apapun yang dibutuhkan, terasa terasingkan. Hanya datang pada saat mereka membutuhkan bantuan, itupun setelah pertolongan diberikan mereka akan pergi melenggang dan segera melupakan apa yang telah terjadi, melupakan siapa dan apa.
Memang tidak semua orang seperti itu, memang saya merasa sangat membenci berada di kesendirian dan tidak ada orang yang benar-benar peduli dengan semua kenyataan dan curahan sampah itu. Padahal, yang saya butuhkan hanyalah, mereka mau mendengar semuanya, hanya ingin didengar. Tapi mungkin waktu mereka sudah menjadi harga yang sangat mahal sekarang, dan hanya bisa dibeli atau didapatkan jika saya telah menjadi bagian dari mereka lagi atau menjadi patner kerja mereka lagi.
Satu kalimat yang selalu tertanam di otak saya tentang orang-orang seperti ini adalah bahwa “mungkin mereka sibuk”. Ya, mereka pasti sangat sibuk sehingga tidak ada waktu luang untuk orang terbuang seperti saya, tidak memiliki waktu luang meskipun hanya bertegur sapa, say hello, atau berbagi cerita, tak punya waktu, dan saya harus maklum.
Tapi beruntungnya saya, bahwa ternyata saya masih memiliki beberapa jagoan sahabat yang masih dengan setia memberikan waktunya untuk saya. Walau hanya sekedar ketawa-ketiwi di jalur ym, walau hanya sekedar bertukar cerita dan berbagi pengalaman, walau hanya sekedar saling menyimakdengarkan dan memberi saran, kapan pun saya inginkan, mereka selalu ada, dari pagi hari, siang, sore, bahkan tengah malam. Apa yang mereka lakukan adalah lebih dari pengorbanan terhadap sahabatnya yang patut dan sangat pantas diberikan penghargaan.
Take and give. Semboyan ini telah mendarah daging dalam kehidupan persahabatan. Rasa persahabatan dan persaudaraan ini mampu membuat saya kuat dan bangkit kembali dari keterpurukan. Dengan sukarela mereka menyambut jemari tangan dan hati yang terluka. Sehingga saya bisa bersombong ria seperti mereka yang dengan senang hati melupakan, bahwa saya juga masih bisa survive tanpa mereka, bahwa saya masih bisa berjalan walau tanpa mereka, bahwa saya masih memiliki orang-orang hebat yang bersedia membahagiakan saya, men-support saya apa adanya, tanpa ada apanya.
Medan - 080911
0 komentar:
Posting Komentar