“Mbak, hari ini Dilla ujian, tapi lupa bawa HP” celoteh Dilla saat pulang sekolah
“Memangnya untuk apa HP kamu bawa-bawa ke sekolah? Sekolah kan melarang anak muridnya untuk membawa HP?” tanyaku penasaran.
“Iya, tadi ujian Bahasa Inggris, tapi ada beberapa soal yang nggak bisa aku jawab. Jadi, kalau Dilla bawa HP ke sekolah, Dilla bisa minta tolong mbak untuk menjawab soal-soal itu” seru Dilla seraya menyesal karena tidak membawa HP-nya ke sekolah. “Mbak bisa kan Bantu Dilla untuk menyelesaikan soal-soal di ujian?” sambungnya lagi tanpa melihat wajah keherananku.
“Jadi Dilla pengen mbak jadi joki di ujian Dilla? Dilla tahu apa itu joki?”
Dilla mengangguk tanda mengerti apa itu arti joki, yang membuat aku semakin terperanjat dan sangat terkejut.
Dilla baru menginjak kelas 5 SD dan dia telah mengerti apa dan bagaimana cara kerja seorang joki ujian! Apakah hal ini telah biasa terjadi di dunia pendidikan ya? Memang ada beberapa berita yang menayangkan kejadian pen-joki-an di dalam berbagai ujian, dari ujian SMU, perguruan tinggi, hingga tes untuk masuk pegawai negeri. Sudah menjadi rahasia umum, tapi ini masih di ruang lingkup SD, Sekolah Dasar, sekolah yang benar-benar memberikan dasar bagi anak-anak.
Ternyata racun joki itu telah masuk ke dalam dunia mereka, mau jadi apa mereka jika sekarang telah mengenal dan akrab dengan dunia joki ujian. Walah, saya tidak bisa membayangkannya. Mungkin niat mereka memang baik, ingin mencari bantuan dari orang yang mereka anggap pintar dan berpengalaman, namun itu bukanlah niat yang patut untuk dibanggakan.
Pantas saja para wakil rakyat sekarang mudah sekali bersilat lidah dan selalu menutupi semua kesalahan dengan menggunakan jasa para joki. Joki yang telah di didik dan di tempa sedari kecil. Joki yang telah lihai dan aktif untuk menyelamatkan orang-orang yang terpuruk dengan mentalitas kejujurannya. Pantas saja mulai rusak semua moral bangsa karena nilai-nilai kejujuran itu perlahan mulai pudar dan menghilang ditelan zaman dan orang-orang yang tidak berperasaan.
Ahhh…. Aku tidak ingin anakku kelak menjadi seperti mereka, para penghujat kejujuran dan para pemuja ke-joki-an. Sulit memang menegakkan benang yang basah, tapi itu bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan, tinggal bagaimana kita menjalankan ide untuk menegakkan benang basah itu. Ya cukup di lekatkan di sebuah dinding, maka benang basah itu akan segera berdiri tegak kan? Moral bangsa ini memerlukan sebuah dinding tembok yang tangguh dan mampu menampung dan menegakkan sebanyak-banyaknya benang basah.
130611
0 komentar:
Posting Komentar