6 Juni 2011

Saya Adalah Penderita Kanker Payudara

From Google
“Saya adalah seorang penderita kanker payudara” merupakan sepenggal kalimat yang tidak mudah diucapkan oleh seorang wanita. Pengakuan dan pembublikasian diri kepada khalayak tentang suatu penyakit yang diderita oleh seseorang menandakan bahwa seseorang itu ingin berbagi cerita dengan orang lain.

Bukan hanya sekedar cerita biasa yang terkesan hanya curhat belaka, atau rasa bangga karena akan menerima berbagai simpati dari orang lain, atau rasa kecil hati dan sedih karena orang lain menganggap dia berbeda dan sakit parah. Bukan dari kebanyakan alasan sosial yang kekanakan seperti itu.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk seluruh wanita (tentu juga untuk para pria yang mencintai wanitanya dan tidak menutup kemungkinan untuk pria itu sendiri). Tulisan ini merupakan salah satu wadah bagi saya untuk sharing dan mengabarkan kepada khalayak bahwa saya ingin aktif dan tetap diperlakukan sebagai orang sehat pada umumnya.

Vonis kanker payudara yang masih stadium dini tidak membuat saya bersyukur (karena biasanya orang akan berkata “Untung sakitnya belum parah” sebagai ungkapan rasa syukur atau lebih tepatnya kalimat penghibur diri), namun justru membuat saya shock dan bingung hingga mencari informasi kesana kemari, baik di dunia maya ataupun di dunia nyata.

Kanker payudara wajib diketahui sejak dini oleh para wanita karena penyakit berbahaya ini cenderung sulit untuk dideteksi, kecuali jika telah memasuki stadium lanjut dan mulai menunjukkan gejala yang membahayakan. Informasi yang berkaitan dengan penyakit ini juga sudah banyak diutarakan oleh para ahli, baik ahli di bidang medis maupun non-medis (alternatif).

Awal mula saya mengetahui bahwa saya menderita penyakit ini ketika saya sering membaca artikel tentang kesehatan payudara, dan mata bertemu tulisan yang berjudul SADARI (Periksa Payudara Sendiri). Saya tertarik dan mempelajarinya, saya print out dan segera di praktikkan di rumah.

Langkah sederhana yang ternyata mampu membuat saya shock selama 3 hari karena mengetahui bahwa ada yang aneh dengan payudara saya. Selama ini saya tidak pernah merasakan hal yang aneh dengan payudara saya, nyeri yang datang selama masa menstruasi merupakan hal yang wajar sehingga saya tidak pernah memiliki pikiran aneh seperti ini.

From Google
Setelah benar-benar memastikan bahwa terdapat benjolan di payudara, saya segera mencari informasi tentang kanker payudara. Di balik rasa takut, khawatir dan sedih tersebut, terselip juga rasa bangga karena saya yang menemukan sendiri dimana letak benjolan tersebut, karena kalau sampai orang lain yang menemukannya duluan kan gawat, hehehehe….

Informasi yang saya kumpulkan semuanya mengarah kepada apa saja penyebab kanker payudara dan juga tindakan medis yang dapat dilakukan seperti Biopsi, Mammograph, operasi, dan lain-lain. Pada awalnya saya menyembunyikan hal ini dari keluarga, saya tidak ingin membuat mereka sedih dengan kondisi saya. Maka, dengan berbagai informasi dan saran dari teman, saya mencoba pengobatan alternatif karena saya takut berhubungan dengan dunia medis, apalagi kalau mendengar kata “operasi”.

Benjolan yang pada saat itu sebesar bola gundu (kelereng) dan jika diraba bergerak kesana kemari, ternyata bukanlah kanker payudara yang berbahaya, benjolan itu termasuk FAM (Fibroadenoma Mammae). Namun, jika tidak ditangani lebih lanjut maka bisa membuat kanker payudara yang sangat berbahaya.

Pola makan mulai saya rubah habis-habisan, meskipun sudah 2 tahun belakangan saya belajar untuk mengurangi mengonsumsi makanan yang mengandung penyedap, jauh sebelum saya menemukan benjolan ini. Setiap hari saya mengonsumsi jus wortel yang dicampur dengan tomat atau buah bit, susu kedelai, sayuran hijau, bahkan saya hanya memakan lauk yang berupa tempe dan tahu. Berat badan pun turun dengan drastis yang dipengaruhi oleh perubahan pola makan dan tingkat stress yang berkepanjangan.

Akhirnya orang tua saya tahu, dan mereka sangat marah karena saya menyembunyikan penyakit saya ini. Saya hanya bisa memohon maaf karena saya tidak ingin melihat mereka sedih, meskipun pada akhirnya ibu saya menangis saat pertama kali menyentuh dan meraba benjolan di payudara saya. Satu hal lagi yang saya himbau kepada para pembaca, bahwa sesakit apapun penderitaan kita, orang tua tetap harus mengetahui apa yang terjadi pada anaknya. Bahwa kasih sayang mereka tidak pernah putus bila anaknya telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri (berkeluarga).

Saya sempat memiliki krisis percaya diri dengan penyakit saya ini dan selalu bertanya “Apa ada seorang laki-laki yang mau menerima saya apa adanya? Meskipun kondisi saya seperti ini?” Alhamdulillah ternyata seorang laki-laki yang saya sayangi bersedia menerima saya apa adanya, bahkan pada saat kondisi saya yang tidak sehat seperti ini. Justru dialah yang ikut memberikan support penuh untuk pengobatan saya. Salah satu hal yang membuat saya tetap bersemangat.

Kondisi yang belum memungkinkan untuk bekerja membuat saya harus meninggalkan pekerjaan saya dan beralih untuk mencoba bekerja di dunia maya. Semua penderita penyakit kanker tidak boleh diperlakukan seperti ini, pada umumnya mereka bisa beraktifitas dengan normal, jadi jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan mereka karena justru hal itulah yang membuat tidak nyaman.

Seperti yang saya alami, keluarga memaksa saya harus istirahat total, tidak boleh bekerja sama sekali. Padahal kalau dilihat secara kasat mata, saya seperti orang sehat yang lain dan selalu ingin beraktifitas. Pemutusan kegiatan dari dunia luar yang melelahkan memang membuat saya bisa beristirahat, namun hal itu hanya berlaku selama 2 bulan, selebihnya saya mulai merasa bosan dan jenuh karena tidak ada kegiatan. Tingkat emosi pun mulai berubah, mudah tersinggung dan marah-marah dengan hal sepele.

Hingga akhirnya saya menemukan tempat-tempat yang menyenangkan di dunia maya, ya, dunia internet yang terkadang bisa membuat saya tertawa dan sangat terhibur. Berbagai macam wadah penulisan yang membangkitkan gairah menulis saya. Saya ingin berbagi lewat tulisan, saya ingin berkampanye lewat tulisan, saya ingin tetap memberikan perhatian kepada orang lain lewat tulisan.

2 komentar:

Ani Berta mengatakan...

Subhanallah mba, bersyukurlah penyakit mematikan itu cepat terdeteksi ya.
Membanggakan tentunya bisa menemukan gejala sendiri yg terjadi pada diri kita :)

Irda Handayani mengatakan...

@mb Ani Berta : Iya mb, meskipun melaluinya tidak mudah, membutuhkan support dan semangat hidup yang sangat tinggi :)

Semoga para wanita bisa memeriksa peyudaranya secara rutin.

Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak...

Posting Komentar

ShareThis